Inspirasi

Psikolog: Jangan Tanya ‘Mengapa’ Pada Diri Sendiri

NUSASNTARANEWS.CO, Jakarta – Penulis buku berjudul Insight, psikolog Tasha Eurich mengatakan bahwa semakin akurat kita melihat diri sendiri, semakin sukses kita nantinya. Dalam bukunya ini, Eurich menawarkan banyak strategi untuk mengenal diri dengan lebih baik dan berfokus pada pemecahan suatu permasalahan.

Salah satu strategi yang ditawarkan Eurich adalah pertanyaan “what not why” yang tampaknya agak kontra intuitif.

Jika kita menghadapi situasi sulit atau mengalami banyak masalah, Eurich menyarankan agar kita mengajukan pertanyan “apa” dan bukan pertanyaan “mengapa”.

“Anda mungkin bertanya pada diri sendiri apakah anda orang yang ingin menjadi lebih baik dan berhasil.’Mengapa saya salah dalam sebuah pertemuan?, atau mengapa saya mengacaukannya?. Apa yang saya temukan dalam penelitian lainnya ada;ah bahwa ketika kita bertanya kepada diri kita pertanyaan ‘mengapa’, itu justru akan membawa kita kepada jurang kebencian terhadap diri sendiri. Itu membuat kita depresi,” kata Eurich seperti dikutip Independent.

Eurich menjelaskan, hal itu cenderung membuat kita mengalahkan diri sendiri dengan cara yang tidak produktif. “Tapi kalau kita bisa mengajukan pertanyaan ‘apa’, itu lebih berorientasi pada masa depan. Itu membuat semua perbedaan di dunia ini,” tutur dia.

Secara khusus, Eurich mengatakan, klita mungkin bertanya: “Apa yang dapat saya lakukan secara berbeda di masa depan?” Atau, “Apa yang dapat saya pelajari dari peristiwa khusus ini yang akan membantu saya menjadi lebih sukses di lain waktu?”.

Dalam Insight, Eurich menyoroti beberapa alasan mengapa What Not Why bekerja. Untuk satu hal, dia menulis, “bertanya ‘apa’ yang membuat kita terbuka untuk menemukan informasi baru tentang diri kita sendiri, bahkan jika informasi itu negatif atau bertentangan dengan keyakinan kita yang ada sekarang,” katanya.

Eurich mengutip sebuah penelitian yang memiliki dua kelompok siswa yang membaca evaluasi positif dan negatif terhadap kepribadian mereka.

Satu kelompok siswa diminta terlebih dahulu untuk memikirkan tipe orang seperti apa mereka. Kelompok lain diminta untuk memikirkan mengapa mereka memiliki tipe seperti yang tampak pada dirinya. Ternyata, para siswa di kelompok “mengapa” resisten terhadap umpan balik negatif, sementara siswa di kelompok “apa” lebih mudah menerima.

Alasan lain mengapa What Not Why bekerja, mendorong kita untuk memberi label pada emosi kita, sebuah praktik yang ditemukan oleh psikolog membantu kita mengelola perasaan itu.

Jika anda berasal dari pekerjaan dengan suasana hati yang buruk, Eurich menulis, ada gunanya bertanya, “Apa yang saya rasakan sekarang?” Dia menulis: “Mungkin anda akan menyadari bahwa anda kewalahan dalam pekerjaan, kelelahan dan lapar.” Dari situ, anda bisa mengambil tindakan untuk menghilangkan stresor individu tersebut,” jelasnya.

Secara keseluruhan, Eurich menulis, What Not Why membawa kita keluar dari pola pikir mengasihani diri sendiri dan mengarahkan kita secara tepat menuju masa depan.

“Membuat transisi dari mengapa menjadi apa perbedaan antara korban dan pertumbuhan,” tulisnya. (ed/ind)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

No Content Available