NUSANTARANEWS.CO – Seperti halnya dengan minyak mentah Rusia, kini muncul tanda-tanda bahwa bahan bakar olahannya mulai menemukan pembeli baru di luar Eropa yakni di Asia dan Timur Tengah.
Sejak Uni Eropa memberlakukan larangan impor produk minyak Rusia mulai 5 Februari, atas operasi militer khususnya ke Ukraina pada 24 Februari tahun lalu – Rusia kini mulai mengatasi aksi larangan Eropa untuk membeli minyak mentahnya dengan mengalihkan aliran minyaknya ke India dan Cina, meskipun dengan harga diskon yang berada di bawah harga minyak mentah global yang berlaku seperti Brent, West Texas Intermediate dan Oman/Dubai.
Cina diperkirakan telah mengimpor bahan bakar minyak Rusia pada bulan Februari sebesar 5,62 juta barel, naik dari 3,89 juta pada bulan Desember, yang merupakan rekor tertinggi.
India telah mengimpor bahan bakar minyak Rusia yang diperkirakan mencapai 4,484 juta barel pada Januari, yang menjadi rekor tertinggi kedua setelah 4,88 juta pada Oktober, dan lebih dari tiga kali rata-rata dibanding tahun 2021 yang rata sebesar 1,45 juta barel per bulan.
Dimping itu, India juga telah beralih ke naphtha Rusia, dengan menerima bahan baku kimia yang diperkirakan mencapai 1,49 juta barel pada Februari.
India jarang membeli naphtha Rusia sebelum perang di Ukraina, tetapi telah membeli lebih banyak sejak September tahun lalu.
Selain itu, Rusia juga memiliki peluang untuk meningkatkan pengiriman produk minyaknya ke negara-negara importir produk seperti Indonesia, Pakistan, dan Bangladesh serta wilayah lain seperti Timur Tengah, dan Afrika.
Di Timur Tengah, UEA diperkirakan akan mengimpor 3,0 juta barel bahan bakar minyak Rusia pada Februari dan 4,34 juta pada Maret, menurut Kpler, naik dari 750.000 barel pada Februari tahun lalu.
Impor bahan bakar minyak Rusia ke Arab Saudi diperkirakan akan mencapai 1,98 juta barel pada Februari, naik dari 370.000 barel pada bulan yang sama tahun lalu. Baik Arab Saudi dan UEA dapat menggunakan bahan bakar minyak Rusia untuk menggantikan minyak mentah dalam pembakaran langsung untuk pembangkit listrik.
Ini memiliki keuntungan membebaskan minyak mentah domestik bernilai lebih tinggi untuk diekspor atau untuk diproses di kilang dan diekspor sebagai bahan bakar.
UEA diperkirakan akan mengekspor 5,69 juta barel solar pada bulan Februari, tertinggi dalam lima bulan, dengan tujuan Eropa sebesar 4,36 juta barel, dengan Asia mengambil 650.000 barel dan Afrika 690.000 barel.
Pada Februari 2022 UEA mengekspor 5,47 juta barel solar, tetapi hanya 1,91 juta barel yang dikirim ke Eropa, dengan negara-negara Asia mengambil 900.000 barel dan negara-negara Afrika 1,82 juta barel.
Pergeseran aliran produk semacam ini di seluruh dunia kemungkinan akan berlanjut karena pedagang, penyuling, dan konsumen menyesuaikan diri dengan larangan Eropa atas impor produk Rusia.
Terlepas dari itu, yang jelas penerima manfaat terbesar dari pelarangan produk tersebut adalah para penyuling yang dapat membeli bahan bakar minyak dan naphtha Rusia yang murah lalu mengolah da menjualnya menjadi produk bernilai lebih tinggi. Bagaimana Indonesia, berminat dengan produk minyak murah Rusia? (AS)