Ekonomi

Prinsip RICE, Wapres JK: Indonesia Menjadi 10 Negara Paling Mudah Jalankan Usaha

NUSANTARANEWS.CO – Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam sesi retreat I para pemimpin Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) menyampaikan, untuk mengimplementasikan perdagangan bebas sebagaimana dicita-citakan para deklarator APEC di Bogor (Bogor Goals), pemerintah terus berupaya menjaga kemitraan melalui prinsip-prinsip yang di sebut dengan RICE (resilient, inclcusive and innovative, connected, and equitable).

RICE atau yang disebut dengan prinsip ketahanan, inklusif, inovatif, konektivitas, dan penyetaraan merupakan upaya mengimplementasikan perdagangan bebas di kawasan Asia-Pasifik.

Dalam pertemuan yang dihadiri oleh 21 pemimpin ekonomi APEC itu, dia menjelaskan bahwa meskipun mengalami tantangan perekonomian yang sulit, Indonesia terus berupaya untuk bisa mencapai “Bogor Goals” yang telah disepakati pada 22 tahun silam.

“Indonesia telah memulai beberapa program liberalisasi dan terus berubah dalam beberapa dasawarsa sehingga sekarang bisa menurunkan bea masuk untuk negara-negara sekawasan. Bahkan sekarang Indonesia berubah menjadi 10 negara paling mudah dalam menjalankan usaha, demikian menurut Laporan Bank Dunia,” ujar JK di Lim, Peru, Minggu waktu setempat (Senin WIB) seperti dikutip Antara.

Baca Juga:  Kapal Cepat Sirubondo-Madura di Rintis, Ekonomi Masyarakat Bisa Naik

JK menambahkan, menurut survei UNCTAD (Konferensi PBB mengenai Perdagangan dan Pembanunan) pada 2016 bahwa Indonesia menempati rangking ke-9 negara yang paling menarik bagi para investor. Hal itu merupakan suatu kemajuan karena pada 2014, Indonesia berada dalam peringkat ke-14.

“Tiga hal utama dalam mengatasi lambannya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya proteksionisme global. Yang pertama, perdagangan dan investasi bebas harus ditingkatkan dan integrasi ekonomi secara komperehensif yang membutuhkan konsultasi dan koordinasi antara legislatif, eksekutif, dan elemen masyarakat, baik di tingkat nasional maupun regional,” papar JK.

Kedua, lanjut Wapres, dibutuhkan kesempatan yang sama dan persaingan yang sehat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. “Dan ketiga, melibatkan para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), petani, nelayan, pekerja tidak terampil, dan pengusaha lokal dalam proses perdagangan dan investasi bebas di kawasan,” imbuhnya.

Selain itu, menurut JK, APEC juga harus memperhatikan negara-negara berkembang yang 70-90 persen penduduk miskinnya tinggal di wilayah perdesaan. “Pembangunan wilayah perdesaan sangat penting dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kawasan,” ujar Kalla. (red-02)

Related Posts

1 of 3