NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Calon Presiden (Capres) Nomor Urut 02 Prabowo Subianto memprediksi Indonesia akan krisis air di tahun 2025 mendatang. Di sejumlah daerah, kata Prabowo, saat ini tengah mengalami kekurangan air.
Prabowo pun mengungkapkan, bahwa warga Tanjung Priok, Jakarta Utara sedang kekurangan air bersih. Karena itu, ia mengingatkan, jika tidak segera diantisipasi maka Indonesia akan mengalami krisis air dalam waktu dekat.
Baca Juga:
- Kekeringan Berkepanjangan, Tulungagung Krisis Air Bersih
- Sudah Beberapa Bulan Terakhir Warga Pacitan Krisis Air Bersih
- PBB: Tahun 2050 Sekitar 5,7 Miliar Orang Mengalami Krisis Air Minum
“Di ibu kota kita sendiri, di Tanjung Priok, yang tidak lebih satu jam dari Istana Presiden, 1,5 jam dari DPR, rakyat kita tidak dapat air bersih. Bahkan orang yang berada harus membeli air bersih,” ujar Prabowo dalam video yang dipublikasikan di Facebook-nya, Minggu (30/12/2018) kemarin.
“Untuk itu, kita kalau tidak hati-hati, sebentar lagi Indonesia akan krisis air, untuk itu kita antisipasi,” katanya.
Sontak, netizen langsung heboh menanggapi pernyataan berdasarkan data dan fakta lapangan tersebut. Pernyataan menjelang akhir tahun Ketua Umum Gerindra itu pun kembali heboh dan kontroversial. Tentu saja tidak sedikit yang mempertanyakan kebenaran akan prediksi Prabowo tersebut.
Melalui akun Twitter resmi, media online nasional sekelas detik pun mempertanyakan hal tersebut. “@prabowo lagi-lagi mengeluarkan pernyataan yang bikin heboh. Kali ini, Prabowo memprediksi Indonesia akan krisis air di tahun 2025 mendatang. Apa benar?,” tweet @detikcom, Senin (31/12/2018) dengan bubuhan tagar #Prabowo dan #KrisisAir.
Penulis buku “Bukan Tanda Jasa, sebuah otobiografi”, Nazaruddin Sjamsudin tertarik untuk menjawab pertanyaan di atas. Sesuai pengalaman, Professor ilmu politik itu membenarkan apa yang disampaikan oleh Capres Prabowo.
“Pengalaman saya membenarkan statement Prabowo itu. Suatu hari saya berwudhu di stasiun Jkt Kota. Ketika saya basuh mulut, airnya terasa asin. Saya cuci muka, mata saya perih. Saya tanya petugas, dia bilg mmg airnya asin. Ya asin seasin air laut. Bukankah ini gejala krisis air?,” tulis @nazarsjamsuddin.
Tak dipungkiri, jawaban pengamat politik itu langsung direspon oleh salah seorang Senior Member of IEEE Power & Energy Society USA, Abraham Lomi.
“Ada-ada aja ceritanya Prof…. di Indonesia ini banyak orang pintar, jadi jangan terlalu percaya dengan omongan2 yg asal2an. Prof kan banyak jaringan (dari UI kan?), tanya tuh kolega2 atau para yunior yang jauh lebih pintar, jangan mengiyakan yg krn politik hehehehe,” kata Director of Renewable Energy Research Center and Power System and Energy Simulation Laboratory melalui akun twitter pribadinya, @abe_kitaro.
Nazaruddin Sjamsudin lalu menimpali komentar bernada canda dari Abraham Lomi. “Klo ga percaya sama cetrita saya, silakan Prof pergi ke stasion Jkt Kota. Test saja, tempat wudhunya masih ada di sana. Nanti saya mau dengar bantahan or pembenaran Prof. Jadi ini bukan soal pintar or yg lebih pintar, tapi soal pengalaman,” kata Prof Nazaruddin.
Klo ga percaya sama cetrita saya, silakan Prof pergi ke stasion Jkt Kota. Test saja, tempat wudhunya masih ada di sana. Nanti saya mau dengar bantahan or pembenaran Prof. Jadi ini bukan soal pintar or yg lebih pintar, tapi soal pengalaman. https://t.co/Xf9F2iqMnb
— Nazaruddin Sjamsudin (@nazarsjamsuddin) December 31, 2018
Pewarta: Roby Nirarta
Editor: M. Yahya Suprabana