NUSANTARANEWS.CO – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ingin mempelopori apa yang disebut “kesepakatan abad ini” yakni: sebuah prakarsa perdamaian yang diharapkan akan dapat menyelesaikan konflik puluhan tahun antara Israel-Palestina. Presiden Trump sendiri bulan lalu untuk pertama kalinya menyatakan dukungannya untuk sebuah solusi dua negara. Trump mengatakan: “Saya suka solusi dua negara. Ya. Itulah yang saya pikirkan … itulah yang menurut saya paling berhasil. Saya bahkan tidak perlu berbicara dengan siapa pun, itu adalah perasaan saya … Saya pikir solusi dua negara akan berfungsi paling baik.
Terkait dengan prakarsa perdamaian itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan bahwa Israel adalah segalanya dan yang kita inginkan adalah agar seluruh Timur Tengah terlihat maju. Pompeo juga mengatakan bahwa hubungan AS-Israel sekarang menjadi lebih kuat dari sebelumnya.
Berbicara pada upacara penghargaan yang diadakan oleh Institut Yahudi untuk Keamanan Nasional Amerika di Washington DC, Pompeo memuji Israel sebagai negara “demokratis dan makmur”.
Dalam kesempatan itu, Pompeo tidak lupa membandingkan Israel dengan Iran, dengan menyebut bahwa para pemimpin korup Iran telah menyerang hak asasi rakyat mereka sendiri dan membiayai terorisme di setiap sudut Timur Tengah. Pompeo menyesalkan bahwa pemerintah AS di bawah mantan Presiden Barack Obama lebih menghormati para pemimpin Iran daripada Israel. Oleh karena itu, dengan tegas Pompeo kemudian menekankan bahwa, di bawah kepemimpinan Presiden Trump, AS akan berdiri di tempat yang seharusnya: Di sisi Israel.
Prakarsa perdamaian AS yang telah lama ditunggu – yang dijuluki sebagai “kesepakatan abad ini” – Pompeo menyebutnya sebagai upaya yang “benar-benar bersejarah” untuk mencapai kesepakatan. Pompeo mengatakan bahwa AS sangat berharap bahwa suatu hari rakyat Palestina akan memiliki hal yang sama, materi yang sama, kesempatan yang sama yang dimiliki bangsa Israel.
Meskipun begitu, Pompeo menolak transfer bantuan senilai 165 juta dolar kepada Otoritas Palestina (OP) dengan menyebut sebagai “pendanaan teror”. Pompeo berdalih berdasarkan penolakan OP untuk mematuhi tuntutan AS untuk menghentikan apa yang disebut ” pembayaran martir ” kepada keluarga orang-orang yang dibunuh oleh pasukan pendudukan Israel atau mereka yang dipenjara di penjara Israel.
Hubungan AS-Israel secara historis memang kuat. Di bawah pemerintahan Presiden Trump hubungan ini tampaknya telah mencapai babak baru. Minggu lalu paket bantuan AS terbesar ke Israel – senilai US$ 38 miliar selama 10 tahun – mulai berlaku . Nota Kesepahaman ditandatangani antara AS dan Israel pada tahun 2016 di bawah Pemerintahan Obama. Juru Bicara Departemen Luar Negeri Heather Nauert memuji kesepakatan itu sebagai cermin “komitmen abadi dan tak tergoyahkan Pemerintah AS dan rakyat Amerika untuk Keamanan Israel ”. (Aya)