NusantaraNews.co – Hubungan lelaki dan perempuan sesuai norma agama maupun sosial yakni monogami dinilai kian tergerus. Adapun faktornya, tak lain lantaranya meningkatnya jumlah orang yang mengekspresikan ketertarikannya pada sebuah hubungan yang disebut poliamori (hubungan berbagi cinta dengan lebih seorang) alias non monogami.
Cosmopolitan menulis, definisi poliamori menurut penulis buku The Polyamorists Next Door: Inside Multiple-Partner Relationships and Families, Elisabeth Sheff, adalah “bentuk relasi nonmonogami konsensual yang menekankan pada koneksi emosional di antara beberapa partner.”
Poliamori juga disebut sebagai open relationship oleh sebagaian orang. Namun, ada yang menyatakan keduanya itu berbeda.
Mengutip, Poly Coach Dalam open relationship selalu ada relasi primer yang tidak ditemukan dalam poliamori. Dalam jenis hubungan yang disebutkan terakhir ini, setiap pihak dapat mencintai satu sama lain dengan takaran yang sama tanpa satu pun yang difavoritkan, sementara dalam open relationship, terdapat satu pasangan yang utama.
Kabar terbaru, Refinery29 mengabarkan, kendati hubungan lebih dari satu pasangan itu terdengar menarik dan menyenangkan, ternyata dalam praktiknya hubungan poliamori bisa berantakan. Lagi pula, siapa perempuan mana yang rela berbagi cinta? Tapi untuk lelaki yang bisa bermain hati, mungkin ada.
Seorang Seksolog Klinis sekaligus Terapis Berlisensi Rena McDaniel, MEd memiliki ketertarikan untuk membicarakan cara mempraktikkan hubungan poliamori dengan sukses. Faktor kunci utamanya, kata sang ahli adalah: Komunikasi dan persetujuan.
Intinya, kata Rena, sebelum memperkenalkan orang ketiga ke dalam apa yang mungkin merupakan hubungan monogami antara pasangan, kedua orang harus yakin mereka ingin mencobanya secara setara.
“Kesalahpahaman yang umum terjadi adalah bahwa hubungan poligami adalah tentang seks,” ujar Rena kepada Refinery29 seperti dilansir Independent. Tapi bukan itu yang sebenarnya. Emosi dan perasaan, kata dia, memainkan bagian yang sama pentingnya.
Rena mengingatkan, sebelum mencoba mempraktikkan poliamori, Anda perlu memastikan bahwa Anda benar-benar membicarakannya dengan pasangan Anda – sangat penting bahwa kedua belah pihak dengan jelas menyatakan kebutuhan, batasan dan keinginan mereka.
Elisabeth A. Sheff, PhD mengatakan, tanggung jawab diri muncul tidak hanya ketika orang mempertimbangkan apa yang mereka inginkan dan akhirnya memilih poliamori, tapi bagaimana mereka menangani hubungan mereka.
“Setiap orang memiliki tanggung jawab pribadi tertinggi dalam hubungan mereka – monogami, polimino, atau sebaliknya. Membuat pilihan dan hidup dengan konsekuensi adalah bagian dari tanggung jawab sendiri,” kata Elisabeth kepada Psychology Today bulan lalu.
Sama seperti dalam hubungan monogami tradisional, penting bagi mereka yang berpoligami untuk secara teratur check in dengan pasangan, menanyakan bagaimana perasaan mereka dan apakah mereka memiliki kekhawatiran tentang hubungannya. Hubungan polimorfik tidak perlu ditakdirkan gagal. Tapi ini lebih mungkin berhasil jika ditangani dengan hati-hati karena kebanyakan orang memperlakukan hubungan monogami. (Riskiana)
Editor: Ach. Sulaiman