NUSANTARANEWS.CO – Pemimpin merupakan komponen sentral atau dalam hal ini kepala komponen dalam sebuah kelompok atau sistem pemerintahan. Pemimpin juga merupakan tokoh panutan oleh segenap masyarakatnya.
Kajian tentang kepemimpinan banyak dilakukan para penulis untuk mendapatkan gambaran yang utuh bagaimana pemimpin bisa lahir, tumbuh dan berkembang. Berbagai konsep kepemimpinan pun lahir, dari model otoriter yang menmpilkan dirinya sndiri sebagai sentral semua kebijakan dan keputusan sampai pada model demokrasi yang menempatkan kebijakan dan keputusan oleh rakyat dan untuk rakyat serta pemimpinnya dari rakyat.
Pemimpin lahir, tumbuh dan berkembang yang dimaksudkan di atas dapat kita kaji lebih dalam. Khususnya di negara demokrasi seperti Indonesia. Lahirnya pemimpin di Indonesia bisa dianalogikan sebagai seorang ibu mengandung bayi. Sang ibu akan senantiasa menjaga kesehatannya untuk anak yang dikandungnya. Nutrisi ibu hamil akan senantiasa dicari dan dikonsumsi. Setelah lahir, sang ibu akan terus merawat melalui cara-cara tertentu.
Jika dalam kepemimpinan, sang ibu menggambarkan sebuah partai politik, yang pada hakikatnya mengandung calon-calon pemimpin masa depan. Momentum kelahiran pemimpin dari sang ibu, partai politik yaitu pemilu.
Sejarah mencatat, organisasi politik merupakan lembaga sentral untuk kebangkitan nasional. Boedi Utomo, Sjarekat Islam, dan lain sebagainya selalu menampilkan kader-kader terbaiknya untuk kebngkitan nasional. Perubahan lahir dari mereka, pergerakan senantiasa dipelopori oleh mereka.
Dikaitkan dengan kondisi saat ini, yang terjadi malah sebaliknya. Orang-orang non partai justru yang menggerakkan partai politik untuk merekrutnya pada saat pemilu mendekat. Artinya, partai politik kehilangan kemampuan dalam menciptakan kader-kader calon pemimpin bangsa. Pemilu serentak 2017 khusunya pilkada DKI kembali membuktikan ketidak mampuan partai-partai politik dalam melahirkan bayi baru pemimpin DKI.
Saat ini, warga Jakarta dan beberapa daerah lainnya tengah menunggu kelahiran para pemimpin itu. Namun apa mau dikata, partai-partai politik malah mandul. Terkhusus di Ibu kota.
Sampai saat ini calon pemimpin dalam hal ini gubernur yang terdaftar di KPU terdapat tiga pasang calon, mereka adalah pasangan inkumben Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, Anies Basawedan-Sandiaga Uno, dan pasangan Agus Marimurti Yudhoyono-Sylviana Murni. Ketiga calon gubernur tersebut terlepas dari calon wakil gubernurnya, ketiganya bukan merupakan kader partai politik.
Basuki Tjahaja Purnama yang merupakan calon pertama adalah sama sekali bukan kader partai. Sebagaimana kita tahu ia jadi diawali dengan menjadi wakil Jokowi pada pilkada DKI 2012 lalu. Sedangkan Anies Baswedan merupakan seorang akademisi. Karirnya sebagai rektor Universitas Paramadina hingga menjadi menteri pendidikan dan kebudayaan RI 2014-2016. Calon terakhir adalah Agus Marimurtu Yudhoyono yang memulai karirnya di dunia kemiliteran, sama sekali bukan kader partai politik.
Terepas dari prestasi masing-masing calon di bidangnya, ketiga calon ini adalah calon kuat pemimpin DKI pada pilkada 2017 mendatang. Yang dinantikan kedepannya adalah peran partai-partai politik baru, mereka dituntut untuk melahirkan kader pemimpin terbaik. Semoga saja! (Muqaddim*)
*Penulis, lahir di Majene, 29 Mei 1995. Kini aktif sebagai Mahasiswa Program Studi Ilmu Politik, FISIP Universitas Nasional, Jakarta.