NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pesatnya kemajuan teknologi energi, terutama dalam pembuatan baterai dan teknologi listrik tenaga surya, serta energi terbarukan lainnya yang ramah lingkungan telah mengubah pandangan manusia tentang energi itu sendiri.
Kondisi tersebut secara drastis telah menggeser peran energi fosil dalam aspek kehidupan manusia di masa depan. Sehingga posisi energi fosil mulai terpinggirkan, dan harga jualnya pun terpuruk tidak mampu bangkit lagi seperti dulu lagi ketika manusia masih sangat tergantung pada energi fosil.
Revolusi energi ini, sangat memukul para penguasa energi fosil yang telah menikmati kekayaan dari penguasaan energi tersebut. Kini posisi mereka terancam dan harus segera melakukan diversifikasi bisnis bila tidak ingin terlindas oleh zaman.
Meskipun sampai hari ini energi fosil masih tetap eksis, namun dalam waktu satu dekade ke depan akan mulai ditinggalkan dan beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan.
Di tanah air, Pertamina terus berusaha melebarkan sayapnya dalam mendukung bahan bakar ramah lingkungan.
“Pertamina menjawab tantangan masa depan dengan mengembangkan energi ramah lingkungan yaitu energi listrik sebagai tenaga utama kendaraan bermotor, dan ini terus kita kembangkan,” ujar Adiatma Sardjito, Jumat (3/8).
Karenanya, Pertamina bekerjasama dengan perusahaan otomotif raksasa asal Jerman, BMW. Kedua perusahaan ini siap menghadirkan teknologi pengisian energi untuk kendaraan listrik masa depan dalam program pilot project Green Energy Station (GES).
Adiatama menuturkan bahwa langkah yang diambil Pertamina dan BMW ini menjadi sebuah sejarah bagi perusahaan dalam mewujudkan pengembangan energi ramah lingkungan berbasis listrik. Dia kemudian memperkenalkan dispenser pengisian kendaraan tenaga listrik (charging station) yang bersumber dari tenaga surya.
Dispenser pengisian ini bersumber dari solar cell yang dikonversikan menjadi listrik sebagai tenaga penggerak kendaraan bermotor,” katanya.
Diketahui, BMW Group Indonesia merupakan salah satu pelopor kendaraan listrik dengan memunculkan kendaraan plug-in hybrid electric vehicle (PHEV) di Indonesia. Kendaraan ini sengaja dibuat guna mendorong kesiapan ekosistem kendaraan listrik.
Sekadar tambahan, dampak dari pemakaian energi fosil yang tidak ramah lingkungan, kini mulai ditinggalkan pemakaiannya. Paling tidak, mulai dikurangi oleh banyak negara yang mendukung Perjanjian Iklim Paris. Dengan demikian, telah terjadi perubahan paradigma dalam melihat kebutuhan energi di masa depan.
Jerman sebagai negara yang paling getol menggenjot pengembangan sektor energi baru terbarukan (EBT) tersebut, telah menargetkan bahwa di tahun 2030 Jerman akan menjadi negara yang berstatus bebas emisi. Dan diikuti oleh Prancis yang baru akan menerapkannya pada tahun 2040. (red/ags/ed/nn)
Editor: Gendon Wibisono