Mancanegara

Perjanjian Damai Israel Dengan UEA dan Bahrain Telah Mengubah Peta Geopolitik Timur Tengah

Perjanjian Damai Israel dengan UEA dan Bahrain telah mengubah peta geopolitik timur tengah.
Perjanjian Damai Israel dengan UEA dan Bahrain telah mengubah peta geopolitik timur tengah, Selasa (15/9).

NUSANTARANEWS.CO – Perjanjian Damai Israel dengan UEA dan Bahrain telah mengubah peta geopolitik Timur Tengah. Menteri luar negeri Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain telah menandatangani kesepakatan normalisasi diplomatik bersejarah dengan Israel pada sebuah upacara di Gedung Putih yang diawasi langsung oleh Presiden Donald Trump. Pengakuan diplomatik ini merupakan yang pertama setelah seperempat abad menyusul Yordania (1994), dan Mesir (1979).

Menteri Luar Negeri Emirat Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan dan Menteri Luar Negeri Bahrain Dr Abdullatif bin Rashid Al-Zayani menandatangani kesepakatan dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu pada hari Selasa (15/9) – meski rincian perjanjian tersebut masih akan dinegosiasikan.

Langkah ini secara langsung telah mengubah peta geopolitik regional, baik hubungan diplomatik, politik, perdagangan, pariwisata, dan pertahanan.

Trump juga mengklaim bahwa akan lebih banyak negara Arab yang akan mengikuti langkah diplomatik ini, ketika berbicara dari balkon Gedung Putih, Trump.

Ada keinginan yang jelas dari pemerintahan Trump untuk menyegerakan upacara hari ini sebelum pemilihan November. Sehingga banyak detail negosiasi yang belum diselesaikan.

Baca Juga:  Mantan Komandan NATO Menyerukan untuk Mengebom Krimea

Padahal jelas-jelas pengakuan diplomatik itu melanggar konvensi utama negara-negara Arab tahun 2002: “Bahwa tidak ada negara Arab yang akan mengakui Israel sampai penarikan diri sepenuhnya dari wilayah Pendudukan Palestina (Gaza dan Tepi Barat) dan terbentuknya negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya.

Palestina melihat kesepakatan itu sebagai pengkhianatan, meski UEA dan Bahrain meyakinkan Palestina bahwa mereka tidak akan meninggalkan perjuangan Palestina membentuk negara yang merdeka dan berdaulat. Hal tersebut dikatakan Menteri luar negeri UEA, Anwar Gargash kepada para wartawan bahwa: masalah Palestina masih menjadi fokus utama mereka.

“Solusi dua negara masih menjadi tujuan dan keputusan negaranya menormalkan hubungan dengan Israel adalah untuk menghilangkan penghalang psikologis,” ujarnya.

Iran mengecam langkah Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain yang melakukan normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Kementerian Luar Negeri Iran, Sabtu (12/9), menyatakan Israel adalah ancaman bagi dunia muslim, menormalisasi hubungan dengan Israel sama saja terlibat dengan kejahatan yang dilakukan oleh negara Yahudi itu. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,052