Berita UtamaOpiniPolitikTerbaru

Performa Bupati Kang Giri Versus Mitos Pilkada di Ponorogo

Performa Bupati Kang Giri Versus Mitos Pilkada di Ponorogo

Setiap Bupati punya gaya kepemimpinan yang berbeda-beda, termasuk Bupati Kang Giri. Hasil pembacaan penulis selama berinteraksi dengan Bupati Kang Giri dengan melihat dari berbagai kebijakan dan program-programnya.
Oleh: Muhamad Fajar Pramono

 

Kalau boleh menyebut gaya kepemimpinan Bupati Kang Giri itu merupakan perpaduan gaya kepemimpinan Bupati Markum (politik mercusuar) dan Bupati Amin (populis/ politik merangkul). Dan disisi lain bisa disebut juga sebagai antitesis gaya kepemimpinan Bupati Muhadi (disiplin administrasi dan keuangan) dan Bupati Ipong (elitis).

Gebrakan Bupati Kang Giri dalam menata kota dan bagaimana melibatkan stakeholder dalam proyek tersebut, obsesi proyek pembangunan Reog Raksasa, Telaga Ngebel, sebelumnya pemasangan jaringan internet pada tiap RT di Ponorogo dan termasuk berbagai kegiatan fenomenal akhir-akhir ini, seperti, mengundang Noah, D’Masiv, Ponorogo Rikolo Semono dan lain-lain. Itu mengingatkan gaya kepemimpinan Bupati Markum dengan politik mercusuar.

Ada sisi lain yang menarik dari gaya kepemimpinan Bupati Kang Giri yang supel, grapyak dan hangat dalam konteks politik merangkul. Hal ini mengingatkan Bupati Amin (yang pernah menjadi wakil Bupati Muhadi). Bisa disebut model kepemimpinan populis. Harus diakui telah memberi warna dan memperkaya model kepemimpinan Bupati di Ponorogo.

Baca Juga:  Bupati Nunukan dan BP2MI Tandatangani MoU Perlindungan Pekerja Migran Indonesia

Dua sisi gaya kepemimpinan itu seharusnya bisa sebagai  modal politik untuk melawan mitos politik pilkada. Dimana selama ini tidak ada Bupati yang bisa menang dua kali. Mulai dari Bupati Muhadi, kemudian Bupati Amin dan terakhir Bupati Ipong.

Bupati Muhadi disukai birokrat, tetapi tidak disukai politisi. Karena disiplin administrasi dan keuangan. Bisa disebut model kepemimpinan administrator. Maju Pilkada kedua kalah dengan Wakilnya Amin.

Hal sama Bupati Amin. Beliau disukai rakyat (karena sumrambah/ merakyat dan hangat), tapi tidak disukai birokrat. Tidak punya disiplin secara administrasi dan keuangan. Maju ke pilkada dan bisa dikalahkan Bupati Ipong. Juga yang sama Bupati Ipong dengan kekuasaan yang tertata mampu dikalahkan dengan Bupati Kang Giri yang bersamaan dengan kemarahan dan kekecewaan sebagian besar dari masyarakat Ponorogo.

Dalam keterbatasan waktu ini ada beberapa hal yang perlu dibenahi oleh Bupati Kang Giri dari segi performa sebagai seorang pemimpin yaitu dalam masalah birokrasi, terutama administrasi dan keuangan, misalnya dalam rangka revitalisasi Dewan Pendidikan yang tidak jelas juntrungannya. Disisi lain masa jabatan beliau sebagai Bupati mau berakhir. Seharusnya Kepala Dinas terkait harus tanggal Sasmito.

Baca Juga:  Prabowo-Gibran Resmi Menang Pilpres 2024, Gus Fawait: Iklim Demokrasi Indonesia Sudah Dewasa

Sedangkan secara politik ada masalah serius yang dihadapi Kang Giri yang segera bisa diatasi, yaitu ditinggal oleh mesin politik pilkada yang menghantarkan Kang Giri sebagai Bupati. Dimana mesin politik tadi juga pernah berhasil menghantarkan Bupati Muhadi (2005), Bupati Amin (2010) dan Bupati Kang Giri (2021). Mesin politik pilkada sempat tidak efektif ketika menghadapi Bupati Ipong (2016). (*)

Penulis: Muhamad Fajar Pramono, Dosen UNIDA Gontor

Related Posts

1 of 81