Perempuan yang Dikawal Sepi
kujaga berhari-hari
kesepian diri
kau lautkan aku
kau lumat aku
kau tampung aku
dari derasnya hujan desember
o adam, sejak kita terpisah jarak
hidup seakan tak pernah tegak
orang-orang ber-ada
sepertinya tiada
ada sesuatu yang tertunda
ku teriak
ku berlari
ku kejar bayangan
tetapi, semua semu
dan luluh lantah
memang keramat
begitu entah,
kiamat sudah…
Darmakradenan, 2019
Anak-anak Pakis
—Sekolah Kehidupan
berlarian
di antara bukit
di antara lereng slamet
mereka tertawa bahagia
anak-anak pakis
sesekali memeluk tanah, daratan
hujan dan puisi yang tak selesai dibaca
: di kaki gunung slamet
mereka kelak menjadi puisi
yang kutulis pada bait sederhana
usai dibaca
lalu terkenang
anak-anak pakis
bukan cita-cita tinggi yang dituju
lalu pergi ke suatu negara maju
bukan!
namun, benar-benar jadi pribumi
yang mengharumkan nama negeri
: Indonesia
Darmakradenan, September 2019
Nyanyian Burung
pagi ini,
sekawanan burung
terbang
tawanya bahagia
pagi ini,
kucumbu embun
seperti cinta menyapamu…
maka,
peluklah cinta
pada kanvas hatimu.
(2019)
Sajak-Sajak Kekasih
kekasih,
kau masih ingat
ceritaku semalam?
tentang perempuan
dan secangkir kopi?
ada hal yang tak sudi
dibicarakan orang
hingga akhirnya,
kematian merenggut
dirinya
(2019)
Sajak Perempuan
perempuan itu…
teriak-teriak
lalu,
kembali
dalam puisi
(2019)
Baca juga: Perempuan yang Menangis, Yanwi Mudrikah
Penulis: Yanwi Mudrikah, lahir di Darmakradenan, Ajibarang, pada 12 Agustus 1989. Aktif menulis sastra sejak tahun 2010, saat masih duduk di bangku kuliah. Karya-karyanya terpublikasikan di Suara Pembaruan (Jakarta), Minggu Pagi (Yogyakarta), Koran Merapi (Yogyakarta), Satelitpost (Purwokerto), Radar Banyumas (Purwokerto), Pikiran Rakyat (Bandung), Flores Sastra (Flores), Suara Merdeka (Semarang), Solo Pos (Solo), Jurnal Sajak (Jakarta), Indopos (Jakarta), Majalah Mayara (Surabaya), Harian Tangsel (Jakarta), Banjarmasinpost (Banjarmasin), Harian Waktu (Bandung), Majalah Embun (Surakarta), Riaupos (Riau), NusantaraNews.co, www.litera.co.id, SastraPurnama.com, Harakatuna.com, Radar Bojonegoro (Jawa Timur), http://poetryprairie.com/2018/12/12/kembali-ke-rumah-cahaya/, Kompasiana.com, Detik.com, www.haripuisi.info, https://normantis.com/2018/09/17/seorang laki-laki-dan-masalalu-puisi-yanwimudrikah/, Majalah Ancas (Banyumas, Jawa Tengah) dan Media Indonesia (Jakarta). Karya puisinya juga terdokumentasi dalam Antologi Puisi Hari Puisi Indonesia 2016 216 Penyair Indonesia (Yayasan Hari Puisi Indonesia, Yayasan Sagang 2016); Antologi Di Bawah Sadar Di Atas Sadar (Forum BKI, 2013); Antologi Cahaya Tarbiyah (Forum Mahasiswa Tarbiyah, 2013); Creative Writing (STAIN Press, 2013); Kampus Hijau (STAIN Press, 2015); Pilar Puisi 2 (STAIN Press, 2015); Pilar Puisi 3 (Sekolah Sastra Peradaban, 2016); Rumah Penyair 3 (Kepompong Press, 2016); Seberkas Cinta Antologi Puisi 89 Penyair Indonesia (Digna Pustaka, 2016); Antologi Puisi Membaca Kartini Memaknai Emansipasi dan Kesetaraan Gender (Komunitas Joebawi, 2016); dan beberapa sajaknya lolos dalam Indonesian Literary Collective (ILIC, Jerman 2014); Senyuman Lembah Ijen Antologi Puisi Nusantara (TareSi Publisher, 2018); Perempuan Memandang Dunia Kumpulan Puisi Perempuan Penyair Nusantara (Tema Litera, 2018); Antologi Puisi Bengkel Sastra Taman Maluku Menjemput Rindu Di Taman Maluku (Bengkel Sastra Taman Maluku Semarang, 2018); A Skyful of Rain Antologi Puisi Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2018 (Tahura Media, 2018). Beberapa puisinya lolos di Jerman dalam Indonesian Literary Collective (ILIC, Jerman 2014). Dan buku puisi pertamanya Rahim Embun (2013); buku puisi keduanya Menjadi Tulang Rusukmu (2016); dan buku puisi ketiganya Menjadi Ibu (2019). Saat ini berprofesi sebagai dosen terbang (pengajar tamu) di perguruan tinggi Jawa Tengah. Selain itu, dia mengasuh dan menggerakkan Komunitas Sastra Gubug Kecil Indonesia, di Ajibarang-Banyumas (Jawa Tengah). e-mail: yanwimudrikah@gmail.com.