Puisi

Perempuan yang Menangis, Yanwi Mudrikah

dosen undip, wijayanto, dewan pengawas, lemahkan kpk, nusantaranews
Yanwi Mudrikah. (Foto: Dok Pribadi)

Perempuan yang Menangis

menundukkan wajahnya
ia ragu-ragu dalam berkata
ia sempat kecewa
ia sempat luka
ia tak tahu apa-apa

kepada siapa ia lampiaskan emosi
kepada siapa ia bersandar
kalau manusia tak bisa redakan amarahnya

perempuan itu
menangis sendirian…

Darmakradenan, September 2019

 

Perempuan, Kaulah Mawar yang Hadir Tiap Pagi

mengisi hidupku saban waktu
melarungkan semua hasrat kepada-ku
perempuan, makhluk yang amat mulia
ia berdendang dengan rasa
ia berkata-kata
bahwa : kalimatnya setiap hari
“adalah sabda”
yang kadang-kadang dilalaikan orang
perempuan, makhluk yang penuh kata.

Darmakradenan, September 2019

 

Hatiku adalah Puisi Abadi

yang kau raut dengan airmata
yang kau gesekkan dengan berbagai prahara

hatiku, adalah puisi
yang terus kita tulis
hingga tercipta hidup yang berarti

hatiku, adalah ruang
untuk kau tempati
dalam rumah abadi

Darmakradenan, September 2019

Perempuan yang Menggendong Beban

hilir mudik
ia gantungkan hidup dari ribuan kamboja
yang ia punguti tiap hari
dari pesarean satu
ke pesarean lain

perempuan itu…
bersandar dari rasa bahagia
apapun ia kerjakan
adalah bentuk syukur
kepada-nya

perempuan itu
tak soalkan rumah dan harta benda
yang terpenting anak-anaknya bisa makan

perempuan itu,
seperti rekahan kamboja yang berjatuhan

Darmakradenan, September 2019

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Penulis: Yanwi Mudrikah, lahir di Darmakradenan, Ajibarang, pada 12 Agustus 1989. Aktif menulis sastra sejak tahun 2010, saat masih duduk di bangku kuliah. Karya-karyanya terpublikasikan di Suara Pembaruan (Jakarta), Minggu Pagi (Yogyakarta), Koran Merapi (Yogyakarta), Satelitpost (Purwokerto), Radar Banyumas (Purwokerto), Pikiran Rakyat (Bandung), Flores Sastra (Flores), Suara Merdeka (Semarang), Solo Pos (Solo), Jurnal Sajak (Jakarta), Indopos (Jakarta), Majalah Mayara (Surabaya), Harian Tangsel (Jakarta), Banjarmasinpost (Banjarmasin), Harian Waktu (Bandung), Majalah Embun (Surakarta), Riaupos (Riau), NusantaraNews.co, www.litera.co.id, SastraPurnama.com, Harakatuna.com, Radar Bojonegoro (Jawa Timur), http://poetryprairie.com/2018/12/12/kembali-ke-rumah-cahaya/, Kompasiana.com, Detik.com, www.haripuisi.info, https://normantis.com/2018/09/17/seorang laki-laki-dan-masalalu-puisi-yanwimudrikah/, Majalah Ancas (Banyumas, Jawa Tengah) dan Media Indonesia (Jakarta). Karya puisinya juga terdokumentasi dalam Antologi Puisi Hari Puisi Indonesia 2016 216 Penyair Indonesia (Yayasan Hari Puisi Indonesia, Yayasan Sagang 2016); Antologi Di Bawah Sadar Di Atas Sadar (Forum BKI, 2013); Antologi Cahaya Tarbiyah (Forum Mahasiswa Tarbiyah, 2013); Creative Writing (STAIN Press, 2013); Kampus Hijau (STAIN Press, 2015); Pilar Puisi 2 (STAIN Press, 2015); Pilar Puisi 3 (Sekolah Sastra Peradaban, 2016); Rumah Penyair 3 (Kepompong Press, 2016); Seberkas Cinta Antologi Puisi 89 Penyair Indonesia (Digna Pustaka, 2016); Antologi Puisi Membaca Kartini Memaknai Emansipasi dan Kesetaraan Gender (Komunitas Joebawi, 2016); dan beberapa sajaknya lolos dalam Indonesian Literary Collective (ILIC, Jerman 2014); Senyuman Lembah Ijen Antologi Puisi Nusantara (TareSi Publisher, 2018); Perempuan Memandang Dunia Kumpulan Puisi Perempuan Penyair Nusantara (Tema Litera, 2018); Antologi Puisi Bengkel Sastra Taman Maluku Menjemput Rindu Di Taman Maluku (Bengkel Sastra Taman Maluku Semarang, 2018); A Skyful of Rain Antologi Puisi Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2018 (Tahura Media, 2018). Beberapa puisinya lolos di Jerman dalam Indonesian Literary Collective (ILIC, Jerman 2014). Dan buku puisi pertamanya Rahim Embun (2013); buku puisi keduanya Menjadi Tulang Rusukmu (2016); dan buku puisi ketiganya Menjadi Ibu (2019). Saat ini berprofesi sebagai dosen terbang (pengajar tamu) di perguruan tinggi Jawa Tengah. Selain itu, dia mengasuh dan menggerakkan Komunitas Sastra Gubug Kecil Indonesia, di Ajibarang-Banyumas (Jawa Tengah). E-mail: [email protected].

Related Posts

1 of 3,050