NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Sekretaris Jenderal Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (Gappri), Hasan Aoni Aziz mengatakan adanya perang di dunia pertembakauan antara industri farmasi versus industri nikotin dan rokok putih versus rokok kretek.
“Perang di pertembakauan terjadi antara dunia industri farmasi versus industri nikotin/rokok, dan rokok putih versus rokok kretek. Kretek tidak boleh dipasarkan di Amerika karena beraroma khas saos dan cengkeh,” kata Hasan seperti dikutip nusantaranews, Rabu (31/5/2017).
Kampanye anti tembakau tak lepas dari peran dari Amerika, industri farmasi, serta rezim kesehatan global. “Amerika ingin melindungi tembakau lokalnya yaitu milik Philip Moris,” ujar Hasan.
Sementara industri farmasi, yang salah satu titik fokusnya pada obat-obatan menganggap tembakau merupakan bagian dari persoalan kesehatan.
“Sebetulnya isu farmasi global dan rokok adalah murni bisnis, bukan kesehatan. Peraturan yang ada selama ini sama sekali tidak mempengaruhi industri rokok, tapi sebenarnya politik farmasilah yang mempengaruhinya,” terang dia.
Dikatakan Hasan, rokok bukanlah addict (membuat ketagihan) tetapi habit (kebiasaan). Secara rinci dijelaskan bahwa Tar dan Niktoin dalam kretek akan hilang dalam rentang waktu yang relatif cepat, sehingga tidak berbahaya bagi kesehatan.
Sementara itu rezim kesehatan global dinilai berusaha menghancurkan semua bisnis dan produk lokal Indonesia. Tembakau dinilai sebagai salah satu produk lokal Indonesia. Selain sentra tembakau tersebar di berbagai daerah, kualitas tembakau Indonesia juga dinilai nomor satu dunia.
Sehingga rezim kesehatan global dinilai berusaha untuk mengancurkannya. Tak terkecuali industri kretek. Di Indonesia sendiri, UU kesehatan disebut-sebut telah dengan sengaja dirancang untuk melarang semua produk tembakau. Sikap pemerintah melalui UU tersebut dituding sengaja hendak membantu Eropa dan Barat yang kalah dalam bisnis, khususnya tembakau. Sehingga dengan beragam cara memanipulasi informasi dan memerangi produk lokal seperti kretek dengan opini-opini menyesatkan.
“Ada kebenaran ilmiah Ada kebenaran ilmiah yang dipaksakan yaitu ‘Rokok Membunuhmu’, terbantah sendiri oleh kebenaran sosial, perokok masih pada hidup bahkan dengan umur yang panjang,” kata Hasan lagi.
Editor: Eriec Dieda