ArtikelInspirasiTerbaru

Peran Penting Ekosistem Dalam Produksi Pertanian

NUSANTARANEWS.CO – The Economics of Ecosystems and Biodiversity (TEEB) adalah sebuah gerakan inisiatif global yang memiliki fokus menunjukkan pentingnya peran ekosistem dalam produksi pertanian. Tujuannya adalah agar para pengambil keputusan mengakui berbagai manfaat yang diberikan oleh ekosistem dan keanekaragaman hayati dalam segi ekonomi. Jasa ekosistem seperti siklus hara, penyerbukan, pengendalian hama dan aliran air dari daerah-daerah resapan air jelas merupakan jasa siklus alam yang sangat berharga.

Oleh karena itu, Inisiatif The Economics of Ecosystems and Biodiversity (TEEB) United Nations Environment Programme (UNEP) mendapat sambutan yang baik guna mempengaruhi perspektif global tentang mutualismesimbiosis yang unik antara produktivitas pertanian dengan ketersediaan keanekaragaman hayati dan ekosistem yang sehat.

Seperti diketahui, kontribusi alam dalam produktivitas pertanian di seluruh dunia saat ini belum mendapatkan pengakuan yang selayaknya. Selama bertahun-tahun, kebijakan dan program ekonomi global tidak pernah mengakui kontribusi keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem dalam perekonomian.

Baca Juga:  Blokade Laut Merah dan Serangan Rudal Yaman Terhadap Israel

Oleh karena itu, United Nations Environment Programme (UNEP) berupaya mendorong diterapkannya teknologi dan keanekaragaman pertanian guna menyelamatkan sumber daya alam dan ekosistem.

Berdasarkan hasil penelitian Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dilakukan di India dan Uganda. Salah satu temuan menarik adalah bahwa pertanian yang beragam – yang tidak hanya di dominasi oleh padi namun dengan turut mengembangkan jagung, kapas, tebu, kacang-kacangan, sayuran dan buah-buahan – serta agroforestri ternyata mampu menghemat 1,58 juta hektar meter (15,8 miliar meter kubik) air per tahun.

Praktek teknologi lain – seperti penggunaan laser untuk menyamakan ketinggian lahan, pola pembibitan langsung di lahan pertanian, pemakaian tensiometer untuk menentukan kapan lahan memerlukan pengairan dan menghindari pembajakan tanah – diterapkan, ternyata menghemat jumlah air hingga 2,3 juta hektar meter (23 miliar meter kubik) per tahun.

Menghadapi tantangan produksi pangan agar lebih efisien menjadi penting guna mengurangi tekanan terhadap sumber daya air, lahan, lautan dan ekosistem lain, seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Sementera produksi pangan saat ini bertanggung jawab atas lebih dari 70% konsumsi air tawar dan 80% deforestasi yang terjadi di dunia. Sehingga produksi pangan menjadi penyebab utama kerusakan keanekaragaman hayati dan hilangnya spesies.

Baca Juga:  Refleksi Sumpah Pemuda: Disbudporapar Sumenep Ajak Generasi Muda Bangun Daerah

Praktik pertanian yang tidak berkelanjutan telah merusak lebih dari 20% lahan pertanian dan 30% wilayah hutan yang terus mengalami degradasi. Sistem produksi pangan dan pertanian juga mengkonsumsi 30% energi yang dipakai oleh penduduk di bumi.(Banyu)

Related Posts

No Content Available