Pendalaman Struktur Industri Dengan Peningakatan Investasi dan Ekspansi

paket kebijakan ekonomi, kebijakan ekonomi, ekonomi global, ekonomi indonesia, ketidakpastian global, pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi global, nusantaranews, nusantara, nusantara news, nusantaranewsco, perang dagang, kepercayaan investor asing, investasi langsung, defisit transaksi berjalan
Ilustrasi situasi global. (Foto: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto bertekad untuk terus mendorong pendalam struktur industri manufaktur di Indonesia melalui peningkatan investasi atau ekspansi. Upaya ini guna membangun rantai pasok yang kuat dan terintegrasi sehingga dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, mensubstitusi bahan baku impor, serta mampu mengisi pasar ekspor.

“Sektor yang strukturnya sudah mendalam, misalnya industri otomotif. Hal ini tidak terlepas peran dari peningkatan investasi Jepang di sektor tersebut,” ungkap Menperin dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Senin (10/12/2018).

Oleh karena itu, lanjut Airlangga, pemerintah berkomitmen menciptakan iklim investasi yang kondusif, di antaranya melalui deregulasi, penerbitan paket kebijakan ekonomi dan kemudahan izin usaha.

“Kami berharap, otomotif Jepang ke depannya bisa ekspansi ke arah low carbon emission vehicle (LCEV), yang di dalamnya termauk electric vehicle,” ujarnya.

Sepanjang tahun 2017, investasi Jepang merupakan terbesar kedua di Indonesia dengan nilai mencapai USD8,4 miliar. Sementara pada periode Januari-April 2018, realisasi nilai penanaman modal dari investor Negeri Sakura,juga menduduki peringkat kedua sebesar USD1,4 miliar dengan total 375proyek.

Selain sektor otomotif, Kemenperin pun mendorong investor Jepang dapat mengisi di sektor strategis seperti indutri kimia dan farmasi. “Apalagi, kemarin sudah ground breaking komplek industri kimia di Cilegon. Saat ini, dari klaster di Cilegon kita sudah bisa produksi plastik, baja, kaca, dan ban,” tuturnya.

Sementara untuk pengembangan sektor otomotif, masih difokuskan di wilayah Karawang dan Bekasi karena sudah ada klaster industrinya.

Menperin menyampaikan, pihaknya gencar memacu program hilirisasi industri guna meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri. “Untuk sektor petrokimia dan otomotif, saat ini value added dan product value chain-nya hampir lengkap. Selanjutnya akan dibutuhkan untuk bahan baku akrilik. Artinya, perlu mendalami struktur industri untuk elektonika,” ujarnya.

Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, ditetapkan lima sektor manufaktur yang akan menjadi pionir dalam penerapan revolusi industri generasi keempat, yaitu industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, dan industri elektronika. Sebab, kinerja kelima sektor ini dinilai mampu memberikan kontribusi signfikan bagi perekonomian nasional.

“Kami sudah pilih lighthouse industri yang sudah siap memasuki era industri 4.0. Mereka akan menjadi percontohan sehingga industri lainnya akan mengikuti. Kami melihat, kebanyakan di sektor industri skala besar telah mengimplementasikan teknologi industri 4.0. Contohnya industri elektronika di Batam yang sudah menerapkan bagaimana industri beroperasi dengan penggunaan augmented reality dan big data,” paparnya.

Menurut Airlangga, pemerintah dalam waktu dekat akan mengeluarkan insentif fiskal super deductible tax untuk industri yang melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan serta menjalankan program pendidikan vokasi.”Selain teknologi, kunci di industri 4.0 adalah empowering human talents,” imbuhnya.

Tahun depan, Kemenperin akan meluncurkan Indonesia readiness index (INDI 4.0). Ini merupakan tools yang diterapkan pada industri untuk melakukan self assessment. “Data penilaian tersebut akan mendukung pelaksanaan Making Indonesia 4.0,” jelas Menperin.

Pewarta: Roby Nirarta
Editor: M. Yahya Suprabana

Exit mobile version