NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Rencana pemerintah yang bakal melarang penjualan rokok ketengan mendapat pertentangan dari para pedagang. Pasalnya, tidak sedikit pedagang yang mengaku lebih nyaman menjual rokok secara ketengan, penyebabnya karena lebih menguntungkan.
Anggota komisi B DPRD Jawa Timur Daniel Rohi mengatakan pihaknya berharap agar pemerintah perlu memikirkan kembali kebijakan tersebut dengan dengan pertimbangan yang lebih komprehensif dan seimbang.
Keseimbangan antara kepentingan Kesehatan dan ekonomi perlu dicari kompromi terbaik.
“Melarang penjualan rokok eceran tidak menyelesaikan masalah, karena konsumen rokok eceran datang dari kalangan bawah yang membeli rokok sesuai kebutuhan, artinya beli untuk dikonsumsi saat itu juga, kalau dipaksa beli satu bungkus utuh justru sebuah pemborosan dan mereka tidak mampu mengendalikan konsumsi karena rokok mereka tersedia dalam jumlah besar, “jelas politisi PDI Perjuangan ini, Jumat (24/11/2023).
Selain itu,kata dia pelarangan ini akan mematikan ekonomi para pedagang kecil, rombong, asongan, dan lain-lain yang berjualan rokok eceran perbatang. “Rata-rata mereka bisa mendapatkan keuntangan mencapai 36% dibanding menjual perbungkus, sebagai misal salah satu merek rokok terkenal menjual Rp. 22.000/bungkus (isi 12), kalau dijual perbungkus Rp. 25.000 keuntungan hanyaRp. 3.000 (14%), kalau dijual perbatang Rp. 2.500, maka keuntungan mencapai 36%,” ujar pria yang gemar menulis ini.
Dampak lain,tuturnya, Industri rokok juga paling besar terkena dampak karena produksi rokok akan menurun, beraimbas pada serapan tembakau dari petani berkurang sehingga berpengaruh pada kesejahteraan petani.
“Kalau tujuannya untuk memproteksi anak-anak dibawah umur untuk mengkonsumsi rokok, maka edukasi bahaya rokok perlu lebih gencar dilakukan dan para pedagang eceran juga diedukasi agar tidak menjual rokok pada anak-anak di bawah umur,” tutupnya. setya)