NUSANTARANEWS.CO, Washington – Pembom B-1B Lancer sukses luncurkan AGM-158 Joint Air-to-Surface Standoff Missile atau JASSM, dari tiang eksternal di badan pesawatnya selama pengujian pada minggu lalu di Holloman Air Force Base, N.M. (Air Force). Pesawat pembom buatan Boeing tersebut berhasil menembakkan rudal jelajah siluman untuk pertama kalinya sekaligus membuka kemampuan bagi peluncuran rudal hipersonik di masa depan.
Selama demonstrasi di Holloman Air Force Base di New Mexico, B-1 meluncurkan AGM-158 JASSM produksi Lockheed Martin dari tiang eksternalnya. Tes itu juga menunjukkan bahwa B-1B dapat dikonfigurasi untuk membawa beragam senjata baru secara ekternal.
Tim Ray, pemimpin Global Strike Command Angkatan Udara mengatakan bahwa, mempersenjatai sejumlah B-1 dengan lebih banyak senjata memungkinkan Komando Global menyediakan lebih banyak senjata bagi komandan tempur dengan menempatkan lebih sedikit pesawat dan awak pesawat dalam bahaya, katanya.
Untuk meluncurkan JASSM secara eksternal, tim Angkatan Udara harus memindahkan salah satu stasiun senjata internal B-1 ke sisi kanan depan pesawat. Tim juga memodifikasi tiang itu sendiri “untuk memungkinkan konfigurasi konektor yang berbeda, dan kabel internal diganti dengan harness yang akan mendukung peran barunya,” kata N. Keith Maynard, kepala penerbangan instrumentasi khusus untuk Skuadron Uji Instrumentasi Udara ke-812.
Di awal masa pakainya, cantelan eksternal B-1 digunakan untuk membawa senjata nuklir, tetapi Angkatan Udara mengubah B-1 hanya untuk melayani misi konvensional sebagai bagian dari Strategic Arms Reduction Treaty (START ).
Juru bicara Komando Serangan Global Angkatan Udara Letnan Kolonel David Faggard mengatakan kepada Military.com pada November bahwa Angkatan Udara dapat mengejar modifikasi permanen pada B-1B yang akan memungkinkannya untuk membawa 24 JASSM atau Rudal Anti-Kapal Jarak Jauh secara internal, serta 6 hingga 12 dari senjata itu secara eksternal. Jika itu terjadi, pembom “akan tetap mematuhi perjanjian” karena “kemampuan yang diperluas hanya bersifat konvensional,” jelasnya.
Usai uji coba, tim penguji Angkatan Udara fokus pada analisis data yang dikumpulkan. Simulasi menunjukkan bahwa peluncuran JASSM dari B-1 harus sesuai dengan garis waktu yang sama seperti saat diluncurkan dari tiang kiri B-52, kata Agustin Martinez dari FLTS ke-419.
Untuk mengumpulkan citra peluncuran rudal, Angkatan Udara melengkapi B-1 dengan kamera berkecepatan tinggi yang dapat menangkap hingga 500 frame per detik.
Terlepas dari potensi kemampuan persenjataan baru, Angkatan Udara tetap berencana akan mengurangi jumlah armada pembom B-1.
Pekan lalu, komite angkatan bersenjata DPR dan Senat setuju untuk mengizinkan Angkatan Udara menahan pembom tersebut selama mereka dapat mempertahankan armada B-1 berkode tempur setidaknya 36 dari pembom dan menempatkan empat dari 17 yang dipensiunkan dalam penyimpanan jangka panjang sehingga dapat direnovasi dan diterbangkan jika diperlukan di masa mendatang.
Sementara itu, tempo operasi untuk komunitas B-1 tetap tinggi karena Angkatan Udara menyeimbangkan penyebaran jangka pendek dan jangka panjang pembomnya di seluruh dunia.
Pada 6 Desember, Angkatan Udara mengumumkan bahwa pembom B-1 dari Skuadron Bom Ekspedisi ke-37 di Pangkalan Angkatan Udara Elsworth, South Dakota, untuk sementara dikerahkan ke Pangkalan Angkatan Udara Andersen di Guam untuk berpartisipasi dalam latihan dengan negara-negara mitra dan melakukan misi pencegahan strategis. (AS)