Berita UtamaMancanegaraTerbaru

Pembantaian Warga Palestina di Gaza: Kekejaman yang Mencoreng Kemanusiaan

Pembantaian Warga Palestina di Gaza: Kekejaman yang Mencoreng Kemanusiaan

NUSANTARANEWS.CO – Pada 13 Oktober, dunia kembali dikejutkan oleh kekejaman yang terjadi di Gaza. Serangan udara Israel menghancurkan tenda-tenda darurat yang menampung puluhan keluarga Palestina di halaman Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir al-Balah. Di tengah kobaran api, Mohammed, seorang remaja berusia 17 tahun, melihat keluarganya terbakar hidup-hidup. “Saya melihat saudara laki-laki saya dan ibu saya terbakar di depan mata saya,” katanya. Meskipun Mohammed berhasil melarikan diri, saudara laki-lakinya, Shaban, serta ibunya tidak dapat diselamatkan. Tragisnya, ayahnya yang sempat menyelamatkan saudara mereka yang berusia 10 tahun, harus menghadapi kenyataan pahit bahwa anaknya meninggal beberapa hari kemudian karena luka bakarnya.

Ini bukanlah kasus isolasi. Serangan udara dan artileri Israel terus menggempur Gaza, menyebabkan penderitaan luar biasa bagi warga sipil. Video drone yang dipublikasikan oleh media Israel menunjukkan warga Palestina dipaksa mengungsi dengan todongan senjata, meninggalkan rumah mereka yang sudah setengah hancur. Banyak yang menolak meninggalkan tempat tinggal mereka, karena tidak ada jaminan keselamatan di tempat manapun. Mereka yang mencoba menyelamatkan orang lain kerap menjadi target serangan, baik oleh serangan udara maupun pasukan Israel di darat.

Baca Juga:  Bercermin dari Wilson Lalengke, Pemimpin Sejati yang Melindungi Anggota tanpa Batas

Tragedi ini juga menyebar ke sektor medis. Rumah sakit, tempat seharusnya menjadi tempat aman bagi yang terluka, justru menjadi target. Dokter dan pasien dihadapkan pada pilihan yang mustahil: mengungsi atau mati. Relawan medis yang kembali dari Gaza menggambarkan kekejaman yang tidak terbayangkan, khususnya terhadap anak-anak. Anak-anak datang dengan luka tembakan yang disengaja, bukan hanya sekali, tetapi dua kali – di jantung dan kepala mereka. “Ini bukan kebetulan,” kata dokter bedah Mark Perlmutter, yang bekerja di Gaza, kepada CBS News. “Anak-anak ini ditembak dengan sengaja.”

Kekejaman yang dilakukan terhadap warga Palestina tidak hanya berhenti di medan perang. Mereka yang tertangkap di pos pemeriksaan menghadapi nasib yang lebih buruk. Para pria dipisahkan dari wanita dan anak-anak, dipakaikan pakaian terusan putih, dan dibawa ke kamp tahanan militer Israel. Di kamp-kamp tersebut, para tahanan dilaporkan disiksa secara brutal, dipukuli, dibiarkan kelaparan, bahkan mengalami pelecehan seksual.

Baca Juga:  Paslon Cabup Gus Fawait-Djos Tak Hadir Kampanye Damai, KPU Jember Langgar Kesepakatan Bersama

Laporan-laporan ini menggambarkan kebrutalan yang tak terbayangkan dan membuat situasi di Gaza semakin memprihatinkan. Masyarakat internasional terus menyaksikan, namun tindakan nyata masih minim. Bagi warga Palestina, situasi ini tidak hanya soal kehilangan rumah, keluarga, atau masa depan mereka, tetapi juga ancaman terhadap keberadaan mereka sebagai sebuah bangsa.

Pembantaian di Gaza menjadi potret nyata dari konflik yang terus merenggut nyawa tak berdosa, terutama anak-anak dan warga sipil. Dunia harus bertindak. (Ed/Banyu)

Related Posts

1 of 41