NUSANTARANEWS.CO, Temanggung – Ki Hadjar Dewantara selama ini hanya dikenal sebagai Pahlawan Nasional dan Bapak Pendidikan Nasional. Padahal, Raden Mas Suwardi Suryaningrat merupakan salah satu di antara ribuan santri di nusantara yang berkiprah banyak dalam dunia pendidikan.
“Suwardi Suryaningrat atau kita kenal Ki Hadjar Dewantara adalah santri tulen. Beliau adalah hafiz dan santri tulen yang menjadi Pahlawan Nasional dan Bapak Pendidikan Nasional,” kata KH. Muhammad Furqon (Gus Furqon) Ketua PCNU Temanggung dalam acara pembinaan guru madrasah di lingkungan MWC Ma’arif Kecamatan Gemawang, Temanggung, Kamis (23/11) kemarin.
Seperti diketahui, Ki Hadjar Dewantara saat kecil dikirim keluarganya mondok di sejumlah pesantren. Salah satu guru ngaji Ki Hajar Dewantara yaitu Kiai Sulaiman Zainuddin Abdurrahman, pengasuh pesantren di Kalasan Prambanan.
Salah satu santri Kiai Zainuddin adalah Suwardi Suryaningrat yang kemudian menjadi tokoh pendidikan nasional. Ki Hadjar belajar Alquran hingga mahir membaca dan memahami isinya dari Kiai Sulaiman bahkan Ki Hadjar juga hafiz 30 juz Alquran.
Untuk itu, Gus Furqon berharap semua guru NU bisa meneladani kiprah dan perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Sebab, perjuangannya bagi kemajuan pendidikan formal ternyata juga diilhami dari tempaan kehidupan di pesantren.
Ada perempuan yang juga santri, kata Gus Furqon, beliau lahir di Jepara. “Beliau gelisah karena perempuan saat itu tidak mendapat kesempatan belajar dan nyantri. Lalu ia nyantri di Semarang kepada KH. Soleh Darat yang juga gurunya Hadrotussyaikh KH. Hasyim Asyari pendiri Nahdlatul Ulama dan KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah dan ulama-ulama lain,” beber kiai muda tersebut.
Kita tidak tahu, katanya, bahwa sebenarnya berkat usulan Kartini lah, Mbah Soleh Darat menulis kitab Tafsir Faidul Qulran Bi’ilmil Qur’an. “Itulah peran Kartini yang tidak banyak diketahui publik,” lanjut dia.
Selain sosok Ki Hadjar dan Kartini, Gus Furqon dalam kesempatan itu banyak menyinggung pula nasab keilmuwan santri dari KH. Hasyim Asyari sampai ke Rasulullah SAW.
“Pendidikan formal di NU tidak boleh hanya menerapkan konsep tarbiyah, namun harus menerapkan konsep takdib, dan ta’lim,” tegasnya.
Gus Furqon juga berharap, santri sekarang harus melek literasi taqrib dan jangan sampai tidak mengenal NU. “Kalau guru NU tidak mengenal NU pasti akan menjadi benalu bagi NU itu sendiri,” tegasnya.
Kegiatan yang mengusung tema “Mewujudkan Tanggungjawab Guru pada Madrasah untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan dengan Landasan Aussunah Waljamaah” ini dihadiri puluhan guru dan kepala sekolah dari jenjang MI, MTs dan MA di lingkungan LP Ma’arif Gemawang, Temanggung. Selain Gus Furqon, acara yang digelar di aula MA. Ma’arif NU Gemawang itu juga diisi oleh H. Miftakhul Hadi, S.Ag Ketua LP Ma’arif Temanggung dan Hamidulloh Ibda dosen PGMI STAINU Temanggung. (fadloli).
Editor: Eriec Dieda