NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Menanggapi sejumlah kartu yang ditawarkan paslon 01, Jokowi-Ma’ruf Amin, praktisi media Arief Gunawan menyindir dengan menyebutnya sebagai rezim lolipop. Dirinya mengatakan bahwa rezim lolipop itu berangkat dari fakta-fakta yang terjadi saat ini.
“Sekarang ini kan terjadi simplifikasi, penyederhanaan. Jadi direduksi persoalan-persoalan yang berat biaya pendidikan, sembako, pengangguran, itu mau diselesaikan dengan pemberian iming-iming kartu,” kata Arief Gunawan dalam diskusi bertajuk Paradoks Kartu Sakti Jokowi yang diselenggarakan Forum Tebet (Forbet) di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (19/3/19).
“Ini dikasih (kartu) nanti selesai kok. Nanti pengangguran ada uangnya, nanti sembako murah, pendidikan perguruan tinggi nanti terjamin juga. Tapi kan realitasnya tidak seperti itu. Itu kan kompleksitas di belakang itu kan rumit sekali,” jelasnya.
Misalnya soal pendidikan. Arief mengatakan, banyak sejumlah permasalahan di dunia pendidikan. Bahkan terjadi ketidakadilan. Seperti gaji honorer yang tidak segera dibayarkan, biaya pendidikan yang mahal dan masih banyak lagi.
“Itu dulu yang diselesaikan, subtansinya,” ujarnya.
Demikian juga dengan sembako murah. Menurutnya bagaimana ia akan memperoleh sembako murah? Sementara pemerintah sendiri gemar melakukan impor pangan.
Tapi menurut Arief, jika hal itu dilakukan hanya untuk menggaet suara emak-emak boleh saja.
“Tapi kan emak emak sekarang sudah semakin kritis. Dan dibelakang itu kan ada fakta-fakta yang memang harus diselesaikan. Kaya kesejahteraan petani, impor ugal-ugalan. Itu yang harus diselesaikan,” tegasnya.
Jadi lanjut Arief, sebenarnya masih banyak dimensi yang bermasalah yang disederhanakan menjadi persoalan kartu.
“Nah makanya saya mengibaratkan ini seperti lolipop. Saya sebut itu rezim lolipop. Lolipop itu kan kembang gula. Permen saja. Tidak mengenyangkan. Jadi itu yang terjadi realitas yang kita alami sekarang selama 4 tahun terakhir ini,” tandasnya.
Pewarta: Romadhon
Editor: Eriec Dieda