NUSANTARANEWS.CO, Yogyakarta – Tudingan calon gubernur dan wakil gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru-Mawardi Yahya (HDMY) bahwa Alex noerdin telah gagal memimpin Sumsel berbuntut panjang. Ditambah lagi tudingan pasangan HDMY yang menyebut bahwa Kabupaten Muba Banyuasin saat ini termasuk sebagai kabupaten termiskin, dinilai tak berdasar dan tidak dilandasi data akurat.
Padahal, data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel dari tahun 2007-2016 menyebutkan bahwa Kabupaten Muba lebih baik dari Kabupaten OKU Timur dan Ogan Ilir dalam laju penurunan persentase penduduk miskin. Dan Muba tercatat sebagai salah satu kabupaten yang berhasil menekan angka kemiskinan.
Baca juga: Ini Daftar 17 Cagub dan Cawagub Pilkada Serentak 2018
Hal itu diungkapkan intelektual muda Muba Agus Syahputra di Yogyakarta, Selasa (13/2/2018). Agus mengatakan ada banyak indikator untuk mengukur kemiskinan di suatu daerah diantaranya akses pendidikan, pelayanan kesehatan, jaminan sosial, sumber daya manusia, dan sumber daya alam.
“Secara umum kabupaten Muba sangat konsen pada persoalan penanggulangan kemiskinan dengan memberikan akses pendidikan gratis, pelayanan kesehatan gratis, jaminan sosial bagi masyarakat tidak mampu, serta pelatihan-pelatihan untuk peningkatan kapasitas SDM,” ujar Agus.
Baca juga: Tak Kolusi, Megawati Tunjuk Keponakannya Sebagai Cawagub Sumsel
“Jika mengacu pada data BPS, Kabupaten Muba merupakan kabupaten yang berhasil mengurangi penduduk miskin sebesar 16.3 % sedangkan OKUT hanya 4.47 % dan OI hanya 7.77 %. Data tersebut membuktikan bahwa program-program unggulan yang ada di Kabupaten Muba sejak kepemimpinan Alex Noerdin hingga sekarang memberikan dampak positif bagi penanggulangan kemiskinan,” jelas mantan Ketua Umum IKPM Sumsel Yogyakarta ini.
Menurut Agus, pernyataan pasangan cagub-cawagub Sumsel yang didukung PAN, NasDem, Hanura dan PKPI tersebut tidak berbasis data, cenderung emosional dan bohong.
Baca juga: Sebanyak Rp 11.9 Triliun Jumlah Dana untuk Pilkada Serentak 2018
“Pernyataan yang disampaikan pasangan HMDY tersebut sama sekali tidak mendidik karena tidak berbasis data, cenderung emosional karena hanya kampanye politik untuk menjatuhkan lawan, dan mendekati hoax karena yang disampaikan adalah bohong,” tukasnya.
Pewarta: Syaefuddin A