Politik

Neno Warisman Diminta Tak Andaikan Pilpres Sebagai Ajang Perang

uu penerbangan, neno warisman, mikropone pesawat, polda riau, ipw, nusantaranews
Neno Warisman. (Foto: Instagram/@akhi_alvien)

NUSANTARANEWS.CO, JakartaNeno Warisman kembali menjadi pembicaraan publik lantarana mencoba mengandaikan pilpres sebagai ajang perang. Doa dan puisi yang dilantunkannya di cara Munajat 212 dinilai berlebihan.

Ketua Pengurus Harian PBNU, Robikin Emhas mengingatkan Neno untuk tidak mengandaikan pilpres sebagai ajang perang. Doa dan puisi Neno di acara tersebut dinilai mirip dengan doa Nabi Muhammad SAW saat Perang Badar pada 13 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadhan 2 Hijriah.

Menurut Robikin, mengandaikan pilpres dengan perang tindakan keliru. “Pilpres hanya kontestasi lima tahunan,” kata Robikin dikutip dari pernyataan tertulisnya, Jakarta, Sabtu (23/2/2019).

Doa dan puisi Neno kontroversial pada penggalan “Namun kami mohon, jangan serahkan kami kepada mereka yang tak memiliki kasih sayang pada kami dan anak cucu kami, dan jangan, jangan Kau tinggalkan kami, dan menangkan kami, karena jika Engkau tidak menangkan kami khawatir, Ya Allah, kami khawatir, Ya Allah, tak ada lagi yang menyembahmu, Ya Allah.”

Baca Juga:  Irwan Sabri Serahkan Berkas Formulir Bakal Calon Bupati Nunukan Kepada PDI Perjuangan

Robikin menilai, sadar atau tidak sadar Neno telah coba membawa orang pada suasana Perang Badar. Saat itu pasukan kaum Muslimin berjumlah 313 orang bersenjata seadanya berhadapan dengan pasukan Quraisy dari Mekkah yang berjumlah 1.000 orang bersenjata lengkap. Nabi Muhammad SAW kemudian berdoa memohon pertolongan Allah agar memenangkan kaum muslimin dari perang yang boleh disebut tak seimbang tersebut.

“Atas dasar apa kekhawatiran Tuhan tidak ada yang menyembah kalau capres-cawapres yang didukung kalah? Apa selain capres-cawapres yang didukung bukan menyembah Tuhan, Allah SWT?,” ucap Robikin.

Robikin meminta Neno tak perlu berusaha mengukur kadar keimanan orang lain. “Ingat, Tuhan yang kita sembah adalah Allah SWT, bukan pilpres, bahkan bukan agama itu sendiri,” jelasnya.

Robikin menambahkan, pilpres adalah proses demokrasi biasa. Konstitusi dan regulasi tidak menggunakan istilah menang dan kalah, melainkan terpilih dan tidak terpilih.

(eda)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,063