ArtikelKolom

Mendesaknya Pendidikan Vokasional

NUSANTARANEWS.CO – Pendidikan sebaiknya bukan hanya berorientasi gelar akademik semata, melainkan institusi pendidikan harus meletakkan mahasiswa menjadi tenga kerja terampil siap pakai.

Memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), pendidikan vokasional menjadi kebutuhan yang tak dapat ditawar-tawar. Lulusan perguruan tinggi, khususnya, harus berorientasi pasar kerja dengan kompetensi mumpuni. Dan semangat kompetisi itulah yang menuntut masyarakat Indonesia untuk terus meningkatkan kompetensi yang relevan dengan kebutuhan industri. Sarjana memiliki ijasah penting, tetapi juga harus siap kerja.

Sebab, tatanan ekonomi dunia sudah berubah ke era perdagangan dan investasi bebas. Sehingga, perdagangan barang dan jasa antar negara terbuka sedemikian luasnya, dan keterbukaan itu sendiri mengandung konsekuensi peningkatan permintaan SDM yang tentu saja harus memiliki kemampuan mumpuni dan berkualitas guna mendukung peningkatan produktivitas.

Pendidikan vokasional sudah jauh-jauh hari berlangsung di sejumlah negara. Filipina misalnya, sadar diberlakukannya MEA, perguruan tinggi di sana sudah gencar menyelenggarakan pendidikan vokasional, bahkan para siswa di sekolah dan mahasiswa diajarkan bahasa Indonesia. Dan menurut Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Filipina adalah negara yang paling siap untuk bahasa Indonesia.

Baca Juga:  Kontrakdiksi Politisasi Birokrasi dan “Good Governance”

Tantangan dunia kerja di masa depan semakin spesifik. Dan Mendikbud menuturkan bahwa pihaknya kini tengah mendorong sekuat tenaga pendidikan vokasi untuk anak didik Indonesia agar terciptanya tenaga kerja dengan ketrampilan yang handal. Bahkan ke depan, Mendikbud justru membidik para siswa sudah memiliki ketrampilan handal sejak SMK tanpa harus dipaksakan masuk perguruan tinggi bila konteksnya adalah menciptakan para pekerja handal.

Bayangkan saja, Filipina kini telah berhasil mencetak 12 ribu tenaga sopir. Dan bahkan, 40 persen di antaranya dari kalangan perempuan. Dari 12 ribu sopir tersebut, memang sengaja dipersiapkan Filipina untuk berbondong-bondong masuk ke Indonesia berbekal ketrampilan menyopir dan lisensi internasional.

Terlepas dari itu, human capital merupakaan salah satu kunci sukses kemajuan suatu negara. Syahrial Yusuf, pendiri LP3i misalnya, mengatakan human capital penting bagi anak muda Indonesia peluang, yang baik untuk menuntut ilmu di dunia pendidikan yang relevan dengan dunia kerja. Begitu pula Menaker, Hanif Dhakiri, menyadari kebutuhan industri kerja yang dinamis dan kompetitif, ia berkomitmen terus mendorong agar lulusan harus berorientasi dengan pasar kerja. Jika tidak demikian, ia khawatir banyaknya sarjana maupun pasca sarjana menganggur padahal secara akademik mereka memiliki ijasah, bahkan dengan titel dan gelar prestisius sekalipun.

Baca Juga:  Budaya Pop dan Dinamika Hukum Kontemporer

Pendidikan vokasi dirasa perlu karena memiliki paradigma yang menekankan pada pendidikan yang menyesuaikan dengan permintaan pasar (demand driven) guna mendukung pembangunan ekonomi kreatif. Ketersambungan (link) di antara pengguna lulusan pendidikan dan penyelenggara pendidikan dan kecocokan (match) antara employee dengan employer menjadi dasar penyelenggaraan pendidikan vokasi. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan vokasi dapat dilihat dari tingkat mutu dan relevansi yaitu jumlah penyerapan lulusan dan kesesuaian bidang.

Pendidikan vokasional merupakan pendidikan untuk penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang mempunyai nilai ekonomis, sesuai dengan kebutuhan pasar dengan education labor coefficient tinggi. Dan implikasinya, seperti dikutip Muljani A. Nurhadi adalah magang atau internship yang terprogram harus menjadi bagian dari sistem pendidikan vokasional, karena banyak ketrampilan teknis, sikap, kebiasaan, dan emosional hanya dapat diperoleh melalui on the job training; dalam on the job training ketrampilan yang dipelajari termasuk yang bersifat general maupun spesifik; karena general training mempunyai nilai ekenomis yang lebih lama dan menjadi fondasi, maka perlu kuat; spesific training harus selalu di-up to date sesuai dengan kebutuhan pasar; serta training untuk memiliki ketrampilan cara memperoleh dan menggali informasi menjadi penting untuk up dating. (eriec dieda/dari berbagai sumber)

Related Posts

1 of 7,806