NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia Samsul Hidayat mengklaim tahun 2018 masih memberikan harapan positif bagi kinerja Bursa Efek Indonesia, dengan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih berada di atas pertumbuhan ekonomi global. Walaupun di 2018 ini, akan menjadi tahun politik dan banyak pihak yang memprediksi akan terjadi sedikit penurunan terhadap laju saham di Indonesia, namun berkaitan dengan pengaruh kondisi politik terhadap pasar modal Indonesia dinilai telah cukup kebal dan teruji dalam menghadapi kondisi ekonomi di tahun 2004, 2009, dan 2014.
Dia menilai, tahun 2018 diprediksi menjadi tahun dengan iklim investasi yang tepat. Namun ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi laju saham di Indonesia. Faktor yang berkontribusi dalam pergerakkan bursa saham, khususnya di Indonesia, terbagi dalam faktor makro dan mikro. “Faktor makro tentunya meliputi bagaimana report negara kita, terutama terkait dengan stabilitas nilai rupiah, tingkat inflasi, pengelolaan fiskal, dan faktor fundamental perusahaan,” kata Samsul Hidayat dalam keterangan tertulisnya, Jakarta (25/2/2018).
Lebih lanjut Samsul menjelaskan pertumbuhan positif pasar modal Indonesia. Pada 2012-2017 tingkat IHSG tumbuh sebesar 7,1% per tahun. Sejalan dengan pertumbuhan IHSG, aktivitas transaksi pada 2012-2017 pun tumbuh dari Rp 4 triliun ke Rp 7,5 triliun.
Dari sektor eksternal, Amerika Serikat masih menjadi kiblat capital market. Kekhawatiran terhadap presiden baru AS serta kebijakan pemerintah Amerika Serikat dalam hal menurunkan suku bunga dan menaikkan pajak yang awalnya menjadi pertimbangan bagi para investor, ternyata tidak terbukti, malah cukup prudent dalam menjalankan pemerintahan.
Kebijakan AS untuk meningkatkan suku bunga dan menaikkan pajak yang diperkirakan akan menarik dana-dana global akan menjadi kalkulasi para investor. Mereka cenderung akan mengamankan investasi mereka di emerging markets dan akan sangat berhati-hati dalam profit taking.
Kemudian, pertumbuhan investor domestik dalam dua tahun terakhir mencapai 200 ribu, dari yang sebelumnya sebanyak 400ribu investor, menjadi 600 ribu investor. Hal ini membuat kinerja Bursa Efek Indonesia semakin baik.
“Daya serap pasar domestik kita cukup baik. Mungkin ini merupakan impact dari kegiatan tax amnesty yang dibuat oleh pemerintah waktu itu, dimana dana-dana tax amnesty dimanfaatkan atau dimasukkan ke sektor pasar modal,” kata Samsul. Kondisi ini diharapkan mampu membuat pasar modal Indonesia lebih stabil terhadap perubahan-perubahan pasar dunia.
Pewarta: Gendon Wibisono