NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Wakil Menteri Luar Negeri Pemerintah Nasional Keselamatan Yaman atau National Salvation Government (NSG), Hussein al-Ezzi, dalam sebuah pernyataan memperingatkan bahwa pendekatan pasukan AS ke perairan teritorial negara itu akan memicu perang jangka panjang, katanya Senin (7/8).
“Demi kepentingan perdamaian dan keamanan internasional serta pelestarian keselamatan navigasi di Laut Merah, pasukan AS harus menjauh dari perairan teritorial kami,” kata Ezzi merujuk kehadiran Amphibious Ready Group (ARG) serta 26th Marine Expeditionary Unit (MEU) yang tiba di Laut Merah pada hari Minggu (6/8).
Armada Ke-2 AS sendiri telah mengkonfirmasi kehadiran Unit Ekspedisi Marinir ke-26 dengan ARG Bataan yakni: USS Bataan (LHD-5), USS Mesa Verde (LPD-19), dan USS Carter Hall (LSD-50) di Laut Merah yang diperkuat dengan unsur komando; elemen tempur penerbangan, Marine Medium Tiltrotor Squadron, 162; unsur tempur darat, Tim Pendarat Batalyon 1/6; dan unsur tempur logistik, Batalyon Logistik Tempur 22.
Kedatangan pasukan gabungan ARG/MEU ini merupakan bagian dari pengerahan besar-besaran pasukan tambahan AS ke kawasan Teluk menyusul pengerahkan jet tempur A-10 Thunderbolt II, beberapa skuadron tempur F-16 dan F-35, kapal perusak USS Thomas Hudner, dan Kapal selam USS Florida.
Dalam pernyataannya, juru bicara Armada Kelima AS, Tim Hawkins, mengatakan bahwa tambahan personel akan menambah kekuatan maritim Armada Kelima AS. “Tambahan personel militer adalah bagian dari upaya untuk mencegah aktivitas destabilisasi keamanan dan mengurangi ketegangan regional yang dipicu oleh Iran,” katanya.
Hawkins juga menawarkan untuk menempatkan pasukan marinir sebagai penjaga keamanan tambahan di atas kapal tanker komersial yang berlayar dekat Selat Hormuz.
Merespon eskalasi ini, selain menggelar latihan militer di Teluk Persia pekan lalu, Iran juga telah melengkapi pasukan angkatan laut Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) dengan drone dan rudal jelajah dengan jangkauan 1.000 km.
Sementara juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman Jenderal Yahya Saree kembali mengingatkan: “Terserah Amerika, kata-kata pemimpin kami Sayyed Abdel Malik al-Houthi bukanlah kata-kata kosong … Ketika dia memperingatkan Amerika dan Inggris untuk meninggalkan negara kita … mereka harus menanggapi peringatan ini dengan serius karena peringatan ini akan ditindaklanjuti dengan tindakan.
Al-Houthi sendiri telah menegaskan bahwa “setiap tindakan yang dihasut asing akan dihadapi oleh rakyat Yaman, dan inilah yang akan terjadi sehubungan dengan (plot) pemisahan diri di selatan.”
Sejauh ini pasukan AS telah hadir secara ilegal di Yaman bersama pasukan Inggris, Prancis, Israel, dan Uni Emirat Arab (UEA) terutama di wilayah-wilayah strategis seperti di kota-kota pelabuhan dan ladang-ladang minyak. (Agus Setiawan)