Politik

Media: Dulu Pilar Demokrasi, Kini Musuh Demokrasi

NUSANTARANEWS.CO – Founder Rumah Amanah Rakyat Ferdinand Hutahaean menyatakan, demokrasi di Indonesia membawa dampak perubahan besar terhadap tatacara atau etika berpolitik. Hal ini disampaikan lantaran atmosfir media sosial dan media massa belakangan ini menunjukkan ketidaksehatan sebagai salah satu alat kampanye maupun alat menjatuhkan lawan.

“Tak dapat dipungkiri, bahwa demokrasi yang kita anut telah membawa perubahan besar dalam etika berpolitik bangsa. Dan tak dapat disangkal bahwa Pilkada Gubernur DKI Jakarta 2017 secara langsung maupun tidak langsung telah melahirkan atmosfir media sosial yang sangat jahat bagai mesin pembunuh, dan media yang semestinya menjadi pilar demokrasi berubah menjadi musuh demokrasi,” terang Ferdinand di Jakarta, Jumat (30/12/2016).

Menurut dia, semakin hari semakin mendekati agenda hari pelaksanaan pemilihan, publik semakin disuguhi informasi-informasi yang menyesatkan baik oleh media maupun media sosial. “Arus informasi yang semakin canggih membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin menggunakan media maupun media sosial untuk membunuh dan menghabisi karakter atau nama baik seseorang atau kelompok tertentu dengan mudahnya,” katanya.

Baca Juga:  MKGR Jawa Timur Dukung HM Soeharto Dapat Gelar Pahlawan Nasional

Sementara penegakan hukum, lanjut Ferdinand, berlangsung tidak adil dan hanya menindak pihak-pihak yang dianggab menjadi lawan politik oleh kekuasaan. “Ketidak adilan ini justru semakin menyuburkan praktek ujaran kebencian di media sosial,” ujar dia.

“Kita semua mendengar bagaimana Presiden Jokowi meminta agar menghentikan ujaran kebencian di media sosial. Meski sesungguhnya permintaan itu juga sifatnya abu-abu karena tidak jelas ditujukan kepada siapa,” sambungnya.

Namun patut diduga, kata Ferdinand, permintaan itu hanya ditujukan kepada pihak kalangan masyarakat yang kritis terhadap kekuasaan dan kekritisan itu dianggab sebagai ujaran kebencian.

“Dan ini jugalah menjadi faktor suburnya ujaran kebencian di tengah publik karena bukan menyelesaikan masalah namun menambah bahan bakar ditengah panasnya pertarungan masyarakat di media sosial,” ucap Ferdinand. (Sule)

Related Posts

1 of 43