MancanegaraOpini

Media Barat Membela Teroris Dengan Memojokkan Rusia dan Iran

Media Barat Membela Teroris Dengan Memojokkan Rusia dan Iran
Media barat membela teroris dengan memojokkan Rusia dan Iran

NUSANTARANEWS.CO – Media Barat membela teroris. Pendunguan, mungkin itu kata yang tepat bagi artikel-artikel yang membela kelompok teroris Al-Qaeda Suriah, alias Hayat Tahrir al Sham (HTS) alias Jabhat Al Nusra di Idlib, Suriah. Korporasi media Amerika Serikat (AS) tampaknya mulai memainkan peran strategisnya dalam membangkitkan simpati publik global terhadap kelompok teroris global HTS.

Dalam sebuah konferensi pers beberapa waktu lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan bahwa Rusia, “prihatin dengan sikap dukungan beberapa negara Barat terhadap organisasi teroris Hayat Tahrir al-Sham dan berbagai kelompok terkaitnya yang merupakan metamorfosis dari Al Qaeda Suriah alias Jabhat al-Nusra. Padahal kelompok-kelompok ini secara resmi telah masuk dalam daftar organisasi teroris yang disusun oleh Dewan Keamanan PBB, bahkan masuk dalam daftar organisasi teroris di Amerika Serikat (AS).

Pernyataan itu muncul setelah James Jeffrey, perwakilan khusus AS di Suriah mengatakan bahwa Hayat Tahrir al-Sham (HTS) belum “merencanakan atau melakukan serangan terorisme internasional,” ujar Jeffrey dalam sebuah konferensi pers awal bulan ini.

Baca Juga:  Masa Depan Negara-negara BRICS di Dunia Multipolar: Dimensi Kemanusiaan dan Jangka Panjang

Serangan media korporasi media Barat terhadap Rusia dan Iran, semakin memperjelas bahwa AS mencoba menggiring opini global, “kapan sebuah kelompok menjadi teroris, dan bukan kelompok teroris?”

Terkait kelompok Al-Qaeda, alias Jabhat Al Nusra, alias HTS sebagai kelompok teroris, saat ini bergantung kepada kebijakan luar negeri AS. Terutama dalam kasus HTS nama terbaru dari Jabhat Al Nusra yang saat ini menguasai wilayah Idlib di Suriah utara.

Departemen Luar Negeri AS sendiri, telah mengupdate penunjukan Al-Qaeda alias Front al-Nusrah dengan alias Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan alias lainnya. Update perubahan nama itu jelas menunjukkan bahwa Front al-Nusrah adalah organisasi teroris asing (FTO) di bawah bagian 219 Undang-Undang Keimigrasian dan Kebangsaan, dan sebagai Teroris Global Khusus (SDGT) yang ditentukan khusus berdasarkan Perintah Eksekutif 13224.

Newsweek bahkan mengakui HTS adalah organisasi teroris yang ditunjuk AS, bahkan menyertakan kutipan dari para pemimpin militer AS yang mengakui bahwa Idlib menjadi markas utama para teroris. Namun dalam konteks Idlib, masih menggiring opini bahwa upaya Suriah dan Rusia untuk membebaskan Idlib dari para teroris secara negatif.

Baca Juga:  Anomali Yang Terjadi di DPR, Berpotensi Merusak Konstitusi Bernegara

The New York Times malah menerjukan langsung tim reporter ke lapangan menulis artikel manipulatif emosional. Dalam laporannya, NYT menulis melakukan kunjungan langka ke Idlib dengan seorang fotografer dan penerjemah pada hari Rabu, melintasi perbatasan dari Turki. Kami ditemani oleh pekerja bantuan dari badan amal Suriah dan anggota kelompok teroris Hayat Tahrir al-Sham (HTS). Mengisahkan bahwa mereka (teroris) pilihannya hanya menunggu maut.

Namun NYT tidak menjelaskan identitas afilisasi dan organisasi para “pekerja bantuan” – mereka hampir dipastikan berasal dari “Helm Putih” dan kehadiran mereka bersama teroris Al-Qaeda adalah untuk menggulingkan Presiden Bashar Al-Assad.

Pada intinya media mainstream barat membenarkan tindakan agresi AS dan Turki di Suriah. Sebaliknya menceritakan bagaimana operasi pembersihan teroris oleh militer Suriah dan Rusia di Idlib sebagai kekejaman yang menghancurkan jalan, kota-kota dan desa-desa di selatan dan timur provinsi dengan serangan udara.

Al Qaeda adalah mitra kepentingan AS di Suriah utara yang menimbulkan ketidaknyamanan politik saat ini – terutama fakta bahwa Deplu AS telah menunjuknya sebagai organisasi teroris. Sampai-sampai James Jeffrey, perwakilan khusus AS untuk Suriah mengatakan “Hayat Tahrir al-Sham belum merencanakan atau melaksanakan serangan terorisme internasional.”

Baca Juga:  Rekrut 3000 Pejuang, Hamas Bangun Kembali Pasukan di Gaza Utara

Implikasi dari komentar Jeffery jelas bahwa meski saat ini status HTS adalah jelas organisasi teroris – namun washington belum melihatnya sebagai suatu ancaman. Dan secara tidak bermoral menempatkan kehidupan “satu juta” warga sipil di Idlib dalam kepentingan keseimbangan membela teroris. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,051