NUSANTARANEWS.CO – Tak bisa ditampik, hingga kini keraguan publik terhadap sejumlah statistik resmi yang dihasilkan Badan Pusat Statistik (BPS), sebagai satu-satunya lembaga statistik resmi di negeri ini, masih saja terjadi. Komentar miring terhadap data-data yang dihasilkan BPS pun kerap tersaji di pelbagai media.
Keraguan publik terhadap statistik resmi sebetulnya bukan hanya terjadi di Indonesia. Di negara-negara maju, kesenjangan antara ukuran standar variabel-variabel penting sosial-ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan pengangguran dengan persepsi yang ada di masyarakat, yang didasarkan pada “fakta” keseharian dan persepsi individu, telah merusak kepercayaan publik terhadap statistik resmi.
Di Inggris dan Perancis, misalnya, hanya sepertiga dari publik di kedua negara itu yang percaya terhadap statistik resmi yang dirilis pemerintah (Report by the Commission on the Measurement of Economic Performance and Social Progress, 2009).
Rusaknya kepercayaan publik terhadap statistik resmi tentu merupakan persoalan serius karena bakal berdampak pada cara berlangsungnya perdebatan publik tentang kondisi perekonomian dan kebijakan yang harus diambil.
Publik yang tak lagi percaya pada statistik resmi acapkali terjebak pada ungkapan-ungkapan verbal (kualitatif) dan opini yang menyesatkan dan mengaburkan realitas, atau lebih memilih menggunakan data-data statistik lain meski statistik tersebut didasarkan pada metodologi yang kurang bisa dipertanggungjawabkan (shaky methodology).
Pada tingkat yang lebih berbahaya, ketakpercayaan ini dapat berujung pada pengingkaran terhadap kemajuan pembangunan. Alhasil, kemajuan ekonomi yang tergambar melalui data-data statistik resmi dianggap hanyalah hasil menipulasi statistik yang telah diramu sedemikian rupa untuk menyokong “pencitraan” pemerintah.
Keraguan terhadap statistik resmi merupakan tantangan yang harus dijawab oleh BPS sebagai lembaga penghasil statistik resmi. Dalam persoalan ini, upaya untuk meningkatkan kualitas statistik resmi harus terus dilakukan. Pembenahan dalam rangkaian kegiatan statistik, baik sensus maupun survei, mulai dari perencanaan, pengumpulan dan pengolahan data, hingga diseminasi juga harus terus dilakukan.
Selain itu, penyampaian data dalam bahasa yang mudah dipahami publik merupakan sebuah keharusan di tengah era keterbukaan informasi dewasa ini. Hal ini penting untuk mewujudkan masyarakat yang semakin realistis, rasional, dan obyektif dalam memandang pelbagai persoalan bangsa karena telah tercerahkan oleh data-data statistik (knowledge society).
Karena itu, seperti yang dikatakan oleh Enrico Giovannini, Kepala Divisi Statistik Organisation for Economic Co-operation and Development, dalam makalahnya yang berjudul Statistics and Politics in a Knowledge Society, Statisticians, especially those in charge of producing official figures, have a special role to play in bringing statistics closer to citizens..
Tentu saja, ini tanpa mengabaikan aspek akuntabilitas dari statistik resmi. PBB dalam 10 fundamental principles of official statistics telah menegaskan bahwa to facilitate a correct interpretation of the data, the statistical agencies are to present information according to scientific standards on the sources, methods and procedures of the statistics. Karena, interpretasi data yang keliru sama bahayanya dengan data yang tak akurat. (Yudi/BS)