NUSANTARANEWS.CO – Bicara sebuah klub, selalu ada pemain inti yang menjadi ruh dari permainan klub itu sendiri. Tanpa diperkuat orang ‘nomer satunya’ di klub masing-masing, maka klub tersebut akan sulit menampilkan performa terbaiknya. Diakui atau tidak, itulah realitas dalam sepakbola.
Begitu juga dengan keberadaan pemain serba bisa Kevin De Bruyne di kubu Manchester City. Berkat kreativitas dan kemampuan skill yang dimilikinya, De Bruyne berhasil memperoleh kedudukan inti di skuad Manchester Biru.
Ini tampak manakala Manchester City bertandang ke White Hart Lane Stadium Minggu (2/10). Dimana pasukan Pep Guardiola kehilangan ritme permainan yang dinamis dan kreatif. Salah satu penyebab buruknya permainan City adalah hilangnya sosok De Bruyne, selain memang permainan impresif skuad The Lily White.
Praksis tidak ada asupan dan aliran bola yang ‘genius’ untuk Aguero sebagai striker The Citizen. Sebaliknya David Silva seakan pontang-panting bekerja sendirian, demi memenuhi kebutuhan aliran bola. Biasanya Silva bisa bahu membahu bersama De Bruyne, yang kemudian mampu melahirkan umpan-umpan cantik ke mulut gawang lawan.
Namun tidak demikian saat melawan Spurs. Hasilnya 0-2 cukup menghentikan rentatan kemenangan City. Itu artinya, tanpa diperkuat De Bruyne cidera hamstring, Manchester City benar-benar darurat akan sosok pria berpaspor Belgia tersebut.
De Bruyne adalah representasi dari pesepakbola modern, yang tidak hanya mengandalkan skill pribadi, melainkan juga kolektifitas tim dan kejeniusan dalam bermain bola. Menerapkan model tiki-taka, Pep salah besar ketika tak mampu menurunkan De Bruyne kala laga melawan Hotspur.
Kendati demikian, tidak bisa dipungkiri, lini belakang Hotspur memang terlalu tangguh untuk dijinakkan oleh Sterling ataupun Silva sekalipun. Bagaimana menurut Anda? (Adhon MK)
