Budaya / SeniPuisi

Makrifat Wukuf

Puisi HM. Nasruddin Anshoriy Ch

MAKRIFAT WUKUF

Inilah talbiyah cintaku
Padang Arafah adalah puncak doa
Saat fajar dan senja bermesraan di cakrawala

Hari ini kuucapkan sumpahku
Hidup tanpa seteru
Mati tanpa sekutu
Dan seluruh cinta dan rindu ini
Meneguhkan syahadatku ke hadirat Sang Maha Merdu

Terik matahari di atas ubun-ubunku
Melelehkan jutaan takbir
Membakar seluruh pongah dan amarahku
Membuka mata langit ilmu pengetahuan dan rasa syukurku

Sejauh mata memandang hanya kain kafan di hadapanku
Tahta dan harta tak lagi dipuja
Gelar dunia dan jabatan apa saja tak lagi dibawa
Hanya kemanusiaan dan amal kebajikan yang akan memancarkan cahaya

Di Padang Arafah ini hamparan bumi bersaksi
Hanya iman dan laku ketakwaan yang menjadi bekal setelah mati
Amal sejati di haribaan Sang Maha Suci

Arafah adalah mahsyar dalam hidupku
Saat petala langit menggigil memanggilku
Lautan kafan
Samudera buih berwarna putih
Jiwa-jiwa merana yang merindu ampunan
Jiwa-jiwa merindu yang mengharap kasih-sayang
Merana dan merindu mendidih dalam darahku

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Terimalah talbiyah cinta ini, Tuhanku
Hati sehitam arang dan kalbu sekeras batu
Putihkan ia seputih kapas dan salju
Lembutkan ia selembut senyum bidadari dalam sorgaMu
Terimalah wukuf ini

Muhammadkan jiwa-ragaku
Ahmadkan segala gerak-gerikku
Jadikan hamba Ahmad Muhammad dalam sisa-sisa hidupku
Jiwa bening dengan kemesraan sempurna
Menjadi khalifah sejati dengan kemanusiaan yang seutuhnya

Terimalah talbiyah cintaku di Padang Arafah ini
Diamini hamparan pasir sebagai tikar istighfarku
Kupecah ratap tangisku di haribaanMu
Agar jiwa sebening cahaya
Agar cinta memancarkan sinarnya di relung dada
Hijrah dan wukuf ini hanya menujuMu semata

(Renungan Wukuf, 2017)

Baca puisi-puisi HM. Nasruddin Anshoriy Ch di rubrik Puisi (Indonesia Mutakhir).

*HM. Nasruddin Anshoriy Ch atau biasa dipanggil Gus Nas mulai menulis puisi sejak masih SMP pada tahun 1979. Tahun 1983, puisinya yang mengritik Orde Baru sempat membuat heboh Indonesia dan melibatkan Emha Ainun Nadjib, HB. Jassin, Mochtar Lubis, WS. Rendra dan Sapardi Djoko Damono menulis komentarnya di berbagai koran nasional. Tahun 1984 mendirikan Lingkaran Sastra Pesantren dan Teater Sakral di Pesantren Tebuireng, Jombang. Pada tahun itu pula tulisannya berupa puisi, esai dan kolom mulai menghiasi halaman berbagai koran dan majalah nasional, seperti Horison, Prisma, Kompas, Sinar Harapan dll. (Selengkapnya)

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

Related Posts

1 of 116