Kereta Api Bertenaga Listrik Sukses, Chili Mulai Hapus Bahan Bakar Fosil

Energi terbarukan dengan memanfaatkan sinar matahari dan angin (udara). foto via climates

Energi terbarukan dengan memanfaatkan sinar matahari dan angin (udara). (Foto: Climates/Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO – Semua listrik di Chili harus bersumber dari energi terbarukan pada tahun 2040 mendatang.

Sebastian Pinera, dari Partai Pembaharu Nasional menjadi peresiden antara 2010-2014 dan kini kemungkinan besar akan kembali terpilih dan Pilpres Chili.

Chili harus mengimpor dalam jumlah besar bahan bakar fosil karena mereka hampir tidak memiliki cadangan sendiri. Namun, negara Amerika Latin ini merupakan wilayah utama bagi pembangkit tenaga angin dan tenaga surya karena pantainya yang panjang dan iklim gurun pasir.

Dalam sebuah kampanye, Pinera menggariskan secara ambisius untuk mendekarbonisasi pembangkit listrik dan transportasi umum di Chili.

“Tujuannya adalah pada tahun 2040 Chili harus sudah memiliki 100 persen jaringan listrik bersih dan terbarukan,” kata Pinera seperti dikutip Reuters.

Pinera diprediksi kembali terpilih menjadi presiden Chili. Dalam sebuah jajak pendapat, Pinera unggul jauh dari kandidat lainnya seperti Alejandro Guillier dan Beatriz Sanchez.

Tak hanya Pinera, Gulliier dan Sanchez juga diketahui sangat mendukung misi Chili meningkatkan energi terbarukan, tetapi keduanya belum bisa memberikan target kapan waktunya untuk pembuatan jaringan listrik bebas karbon.

Sekadar informasi, kereta api metropolitan di Santiago, ibukota Chili, adalah yang pertama di dunia yang hampir sepenuhnya beroperasi dengan menggunakan tenaga surya.

Di era canggihnya teknologi energi seperti saat ini, energi ramah lingkungan telah menjadi tren serta mengubah pandangan manusia tentang energi itu sendiri. Kondisi ini, secara drastis telah menggeser peran energi fosil dalam aspek kehidupan manusia di masa depan. Sehingga posisi energi fosil mulai terpinggirkan, dan harga jualnya pun terpuruk tidak mampu bangkit lagi seperti dulu lagi ketika manusia masih sangat tergantung pada energi fosil.

Sejumlah negara seperti Jerman, Norwegia, Inggris, Amerika Serikat, India, dan negara-negara maju lainnya telah menetapkan pembatasan dan pelarangan menggunakan bahan bakar karbon dengan tujuan mengurangi polusi dan pemanasan global. Selain itu, energi terbarukan telah menjelma menjadi bisnis yang menjanjikan di masa depan. (ed)

(Editor: Eriec Dieda)

Exit mobile version