NUSANTARANEWS.CO – Sebuah lembaga riset, The Boston Cunsulting Group merilis data bahwa pada tahun 2020 mendatang jumlah konsumen kelas menengah Indonesia akan mencapai 141 juta orang, atau hampir dua kali lipat dari data tahun 2015 yang diperkirakan mencapai 75 juta jiwa. Indonesia diproyeksi bertambah 7 juta orang setiap tahunnya masyarakat kelas menengah. Meski jumlah penduduk miskin terbilang masih cukup tinggi, pertumbuhan kelas menengah dinilai sebagai sebuah kenyataan yang menggembirakan. Artinya, kelas menengah adalah potensi besar yang terhampar luas di Indonesia.
Melihat angka kelas menengah di Indonesia yang begitu besar, Wakil Presiden RI keenam, Try Sutrisno dalam sebuah perbincangan dengan nusantaranews menuturkan bahwa hal tersebut merupakan sebuah potensi besar untuk terciptanya sebuah perubahan.
“Kelas menengah Indonesia yang diperkirakan sebesar 175 juta jiwa ini adalah sebuah potensi. Kita harus bangga dengan perkembangan ini. Mereka merupakan agen perubahan, agent of change,” ujar Try Sutrisno baru-baru ini.
Menurutnya, fakta tersebut juga sekaligus merupakan sebuah tantangan bagi Indonesia di masa-masa mendatang, terlebih dalam menghadapi tantangan perubahan globalisasi.
Ditambahkan mantan Panglima ABRI, masa depan yang penuh dengan harapan dan tantangan akan semakin kompleks dan intens. Arah globalisasi dunia, kata dia, secara transparan akan dipompa ke dalam pikiran kita.
Selain itu, bangsa Indonesia harus konsisten menjaga jati dirinya, sekurang-kurangnya dengan menjaga wawasan kebangsaan, wawasan kebudayaan dan wawasan kejuangan guna mempertahankan identitas nasional. Seperti diulas nusantaranews sebelumnya, maka di Indonesia juga perlu dikuatkan sikap nasionalisme di seluruh masyarakat, khususnya kelas menengah. Sebab, menguatkan nasionalisme sesuai dengan Pancasila yang merupakan Dasar Negara RI. Tumbuhnya kelas menengah yang disertai penguatan Pancasila membuat mereka benar-benar bisa bermanfaat bagi perkembangan bangsa. (Sego)