NUSANTARANEWS.CO – “Kader Umat dan Kader Bangsa” kalimat yang menggugah sanubari ini menjadi idea untuk selalu “mengedepankan kepentingan Umat dan mengedepankan kepentingan bangsa”. Dengan demikian adanya komitmen sebagai kader Umat dan Kader Bangsa menjadi perikatan yang tersistem para kader yang mengikat diri dalam organisasi perkaderan kepada umat dan bangsa,
Sikap bertanggung jawab atas komitmen yang telah terbangun terhadap Umat dan Bangsa, dalam situasi dan kondisi apapun tidak akan pernah melepaskan komitmen kepada perikatan yang telah terbangun kepada umat dan bangsa. Sebagai kader umat dan kader bangsa yang bertanggung jawab tentunya tidak akan dan tidak pernah mengabaikan kepentingan umat dan tidak mengabaikan kepentingan bangsa.
“Kader Umat dan Kader Bangsa adalah Kader Umat Islam”, kalimat ini menjadikan penambahan porsi atas perikatan berikutnya dengan “Islam”.
Butuh kesadaran mengenali perilaku komitmen, butuh kecerdasan untuk mengenali perilaku keumatan dan kebangsaan dan butuh kekhususan kesadaran dan kecerdasan untuk mengenal perilaku Islam.
Kenal mengenali untuk menempatkan setiap kebutuhan sesuai dengan porsi kebutuhan umat, bangsa dan Islam. Bagi kader sebagai pribadi ataupun sebagai bagian dari perikatan khusus yang berkomitmen lintas pribadi kepada umat, bangsa dan Islam. Maka dari itu kesadaran dan kecerdasan dibutuhkan untuk proses kenal mengenali.
Keutuhan Umat, Bangsa dan Islam dapat dan telah menjadi perikatan yang bersatu. Kemudian dengan adanya komitmen sebagai perikatan pribadi kader terhadap Umat, Bangsa dan Islam. Maka secara otomatis akan selalu ada konsekuensi tanggung jawab terhadap tujuan perikatan yang bersatu sebagai perbuatan yang dipertanggung jawabkan berkaitan dengan keumatan, kebangsaan dan keislaman.
Mustahil disebut komitmen jika terlepaskan atau terputus dari tanggung jawab sinergitas komponen perikatan-perikatan yang tersistem. Karena sangatlah bertolak apabila Kader Umat tanpa Umat, Kader Bangsa tanpa Bangsa, kader Islam tanpa Islam, Yakin tanpa Keyakinan, Usaha tanpa usaha.
Membentuk ketidaktentuan sikap, perilaku dan tujuan yang dapat menghasilkan kejelasan yang tidak jelas, kepastian yang tidak pasti, Asas yang tidak berasas, dan sampai tidak sampai.
Resolusinya adalah kembali kepada peletakan titik habitat umat, Bangsa dan Islam. Mengingatkan kembali, contoh para utusan Tuhan selalu bersama Umat dalam suatu bangsa melawan Fir’aun yang Dzolim dan bukan sebaliknya.
Penulis: Adi Putra