Ini Penjelasan Luhut Mengenai Rencana Impor Gas Dari Singapura

Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan/Foto Andika/Nusantaranews

Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan/Foto Andika/Nusantaranews

“Pertimbangan untuk melakukan pertukaran dari Singapura karena Indonesia kata Luhut ingin ada jalinan bisnis dalam rangka 50 tahun kerja sama dengan Singapura.”

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Rencana pemerintah Indonesia impor gas alam cair (LNG) dari Singapura mendapat respon Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Maritim) Luhut Binsar Pandjaitan. Luhut menjelaskan bahwa mengenai LNG dari Singapura itu bukan kontrak jual beli (impor) melainkan rencana pertukaran gas.

“Menyangkut LNG yang selama ini berkembang informasinya, kontraknya itu bukan kontrak jual beli gas. Nggak ada itu yang namanya urusan jual beli gas,” ujar Luhut di Kantor Kemenko Kemaritiman, Jakarta, Rabu (13/9/2017).

Namun mengenai rencana pertukaran atau swap antara LNG Singapura dan Indonesia, kata Luhut masih ada kemungkinan. Menurutnya, saat ini Singapura memiliki infrastrukur mini yang bisa membawa LNG ke power plan kecil.

Semenjak rencana itu muncul, Luhut menjelaskan bahwa pertimbangan sudah dilakukan dengan bagaimana melihat infrastruktur yang dimiliki Singapura untuk pertukaran LNG. “Ada sembilan, tapi kami baru lihat tiga. Sedangkan gasnya, gas kita sendiri,” ucap Luhut.

Meski demikian, Luhut menyebutkan rencana pertukaran LNG tersebut masih menjadi kajian. Untuk itu, pertukaran LNG belum menjadi hal yang masih belum pasti akan dilakukan Indonesia.

Kendati masih dalam kajian, lanjut Luhut, sudah ada perhitungan jika pertukaran gas akan dilakukan dengan Singapura. “Sudah dihitung juga biaya transportasi untuk mengangkut sumber gas ke pembangkit yang memerlukan,” jelasnya.

Dalam kajian tersebut, Luhut menilai, jika Indonesia mengambil gas dari Indonesia Timur, pengeluaran akan bertambah. Selain itu, pertimbangan untuk melakukan pertukaran dari Singapura karena Indonesia menginginkan ada jalinan bisnis dalam rangka 50 tahun kerja sama dengan Singapura.

Namun menurutnya, bukan berarti alasan tersebut menjadi satu-satunya hal yang menyimpulkan Indonesia akan melakukan pertukaran gas dengan Singapura. “Ya tapi kalau tidak efisien, ya kita tidak jadi,” tuturnya.

Sebagaimana diketahui Wakil Ketua Komisi VI DPR Inaz Nasrullah (13/9/2017) menjelaskan bahwa perusahaan Singapura Keppel Offshore & Marine Limited (Keppel O & M) telah menandatangani Head of Agreement (HOA) dengan Paviliun Energy dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk memasok peluang keperluan PLN di Indonesia Barat. Menurutnya, penandatanganan kesepakatan tersebut berlangsung dalam pertemuan antara Presiden Jokowi dengan PM Lee di Singapura.

Sementara itu, Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng mengungkap bahwa saat ini mengenai pipa gas terbesar dunia yang dialirkan dari Nantuna ke Singapura bukan menjadi rahasia lagi. Namun yang ia sayangkan sekaligus menjadi pertanyaanya adalah seberapa besar Singapura ‘mencuri’ gas dari Indonesia?

“Itulah seolah-olah ada impor migas, namun yang kita impor adalah migas kita sendiri. Ini memang susah dibuktikan. Namun praktek ekploitasi migas sekarang tidak rasional untuk dilogikakan,” tegas Daeng.

Pewarta: Ricard Andhika
Editor: Romandhon

Exit mobile version