Ibu, Banjir dan Ranjangnya
Hujan tengah malam
Mengalir deras di samping kamar tidurmu
Tidak juga membawa syahdunya gemercik
Hanya aliran sungai yang meluap luap
Bersama sebongkah kayu
Dari pabrik mafia di tengah hutan
Ibu sudah terlelap sejak pagi
Setengah hidup setengah mati
Kartu saktinya hanyut dibawa sungai
Obatnya habis, tak bisa ditebus
Dengkuran nya tak lagi terdengar
Kalah oleh bising suara,
Mesin mobil, mesin pabrik, mesin manusia
Keringatnya kalah oleh buruh pabrik
Yang diperbudak oleh tuannya
Ibuku,
Timbul tenggelam bersama sesak dalam ranjangnya
Melawan arus sungai yang membabi buta
Menenggelamkan diri dalam mimpi
Mencari kartu saktinya
Obat ditebus, ibu dibungkus
Purba
Kehadiranmu meruntuhkan istana
Terbawa angin yang menjelma sepi
Kau datang sendiri tanpa suara
Hanya berselendang sutra
Membungkus kota
Tak ada rahasia
Malam bercinta selayaknya raja dengan permaisurinya
Cintamu malam ini memantulkan cinta yang lain
Sorot matamu dijalan ini, menggemakan sorot matamu dijalan lain
Cintaku begitu purba
Setangkai melati yang hanyut terselamatkan dari gempa
Syaifullah M, Lelaki yang mencintai kata kata dan perempuan nya. Lahir di Lanongan, 21 tahun yang lalu. Mahasiswa S1 keperawatan Stikes Muh Lamongan. 11 buku terbit diantaranya Bahasa Cinta Para Nahkoda, Manusia-manusia Surga, Quantum Cinta, dll.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com.