Hasil Kebun Indonesia Ditukar 11 Sukhoi SU-35 Rusia

Menteri Perdagangan(Mendag) Enggartiasto Lukita. Foto Andika/Nusantaranews

Menteri Perdagangan(Mendag) Enggartiasto Lukita. Foto Andika/Nusantaranews

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pemerintah Indonesia mendapat kesepakatan perdagangan dari pemerintah Rusia berupa pertukaran hasil perkebunan Indonesia dengan 11 pesawat tempur jenis Sukhoi SU-35 yang diproduksi oleh Rusia.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menjelaskan, kesepakatan tersebut tertuang dalam penandatangan nota kesepahaman (Memorandum of Understandings/MoU) antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia, yaitu PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) atau PII dengan BUMN Rusia, Rostec pada lawatan Indonesia ke Rusia pada Kamis (3/8).

“Diharapkan dapat segera direalisasikan melalui pertukaran 11 Sukhoi SU-35 dengan sejumlah produk ekspor Indonesia, mulai dari kopi, teh, minyak kelapa sawit, dan produk industri strategis pertahanan,” ujar Enggar dalam keterangan tertulis , Senin (7/8/2017).

Menurut Enggar, Indonesia perlu melakukan pertukaran ini agar volume ekspor hasil perkebunan Indonesia kian meningkat dan penetrasi pasar bertambah luas. Di sisi lain, untuk pertukaran dengan pesawat Sukhoi, Indonesia memang membutuhkan untuk menggantikan armada F-5 Indonesia yang sudah usang.

Bersamaan dengan kesepakatan ini, Enggar berharap Indonesia-Rusia mampu memperluas kerja sama perdagangan ke hasil produksi sektor lain, sehingga lebih banyak produk Indonesia yang dapat dikenalkan ke Rusia dan sebaliknya.

Adapun kesempatan Indonesia memperbesar penetrasi pasar di Rusia, dilihat Enggar memang sangat besar. Sebab, Indonesia memiliki keuntungan lebih dari embargo perdagangan yang tengah dihadapi Rusia dari negara-negara, seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan beberapa negara pengikutnya.

Embargo tersebut dilakukan negara-negara itu karena berkaitan dengan isu keamanan dan teritorial. Di sisi lain, Rusia, sambung Enggar, turut melakukan mengenakan sanksi pembatasan impor dari negara-negara tersebut sebagai tindak lanjut embargo yang dikenakan kepada Rusia.

Sehingga, untuk memenuhi kebutuhan pangannya, seperti buah-buahan tropis dan produk esensial lainnya, Rusia mengambil impor dari negara lain, seperti Indonesia.

“Ini peluang yang tidak boleh hilang dari genggaman kita. Potensi hubungan ekonomi yang memanfaatkan situasi embargo dan kontra embargo ini melampaui isu-isu perdagangan dan investasi,” kata Enggar.

Selain itu, di luar sektor perdagangan, potensi kerja sama kedua negara dapat pula terjadi di bidang pariwisata, pertukaran pelajar, pengembangan teknologi, sektor energi, kedirgantaraan, dan lainnya.

Kementerian Perdagangan sendiri mencatat, Indonesia mengalami surplus perdagangan dengan Rusia sejak 2015 lalu, dengan nilai sebesar US$1,1 juta dan kemudian meningkat menjadi US$411 juta di 2016. Sementara, di tahun sebelumnya, Indonesia masih mengalami defisit perdagangan sekitar US$1,6 miliar di 2012.

Pewarta: Ricard Andhika
Editor: Ach. Sulaiman

Exit mobile version