NUSANTARANEWS.CO – Sebagai penanggung jawab di sektor pertanian, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman sepanjang bulan September 2016 terbilang sibuk menjalankan programnya. Memulai programnya di awal bulan September, bulan dimana Hari Tani Nasional diperingati, Amran ajak para petani untuk bertani cerdas dengan cara menanam Padi Organik.
Selanjutnya, tanggal 5 September 2016, dengan semangat “kerja keras tidak akan sia-sia” dan motivasi “jika ingin berhasil harus melakukan perbaikan”, Amran melakukan Penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama (MoU) Pemerintah Propinsi Jambi dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) tentang Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam.
Sebagai Menteri yang berkewajiban meningkatkan ketahanan pangan Indonesia, Amran mengajak semua pihak untuk optimis dan percaya diri. Sebab ketika program pertanian yang diluncurkan masih banyak pihak yang skeptis dan pesimis. Namun Mentan optimis bahwa hasil nyata nantinya akan terlihat. Sebab ia sadar, Kementan hanya bagian kecil dan butuh penopang dari berbagai pihak.
Optimisme bagi Amran merupakan penopang utama untuk menghadirkan negara ke tengah-tengah masyarakat, tentunya dengan program di sektor pertanian. Karenanya, pembangunan pertanian bagi masyarakat Jambi menjadi penting untuk dilakukan. Dimana program tersebut menjadi latar belakang dilaksanakannya Penandatanganan MoU. Disamping memang dijadikan momen penting untuk menjawab permasalahan SDM yang ada di Propinsi Jambi.
Keesokan harinya, Selasa (6/9/2016), Amran melakukan panen raya kedelai yang dibudidayakan oleh Kelompok Tani Sidodadi di Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Panen kedelai ini merupakan hasil kerjasama antara Kementan, IPB serta Pemprov Jambi tentang Program Budidaya Jenuh Air untuk meningkatkan produksi kedelai.
Amran menjelaskan waktu itu, bahwa produksi rata-rata dalam skala nasional hanya 1,5 ton per haktare. Dengan program tersebut, pihaknya menilai, produksi dapat menghasilkan 2,5 ton bahkan mencapai 4 ton per hektare. Disamping itu, Pemerintah tahun depan disebut akan menyiapkan bantuan benih kedelai dari IPB untuk 300-400 ribu hektare lahan. Karena itu, budidaya kedelai dari IPB harus dikembangkan untuk tingkatkan produksi kedelai dalam negeri. Tujuannya tak lain dan tak bukan yaitu untuk mengurangi angka impor kedelai yang masih cukup tinggi.
Menurut Mentan untuk meningkatkan produktivitas, pertanian harus dibantu dengan teknologi. Seperti pada pengolahan tanah, pascapanen hingga hilirisasi, saat ini semua dipacu dengan menggunakan teknologi.
Tidak hanya di Jambi, di hari yang sama, Amran juga menginstruksikan Kepulauan Riau (Kepri) dijadikan lumbung pangan organik yang memproduksi beras, sayur, dan buah-buahan organik untuk diekspor sehingga menjadi nilai tambah untuk petani. Sebab Kepri merupakan pintu gerbang menghadapi negara tetangga dan bagian terdepan Indonesia. Jadi, dengan adanya keunggulan komparatif Indonesia, khususnya Kepri, pasti bisa mengalahkan negara tetangga yang juga unggul dalam komoditas pertanian, seperti Thailand, Myanmar, dan Vietnam, melalui ekspor bahan pangan organik hasil pertanian Kepri ke Singapura.
Salah satu potensi Kepri adalah Kabupaten Lingga yang sangat luas. Di wilayah ini masih banyak yang dapat digali. Dan penyumbang tertinggi perekonomian disana adalah pertanian. Jika puluhan ribu hektare sawah dipelihara dengan baik, tentu akan mampu mengungguli Singapura. Untuk itulah, Pemerintah fokus pada Lingga agar setiap wilayah perbatasan di seluruh Indonesia, bisa swasembada pangan.
Guna meningkatkan hasil yang maksimal, Mentan mencanangkan pengembangan pertanian modern untuk Kepri dan wilayah Indonesia umumnya. Artinya, metode yang akan digunakan adalah pupuk organik. Hal ini guna mewujudkan hasil pertanian yang bisa diterima sekaligus menyaingi negara tetangga yang selama ini dominan dalam hasil pertaniannya seperti Vietnam, Filipina dan Myanmar.
Disadari atau tidak, bagi Amran, bahan pangan organik merupakan potensi sektor pertanian Indonesia yang sulit disaingi negara lain. Bahkan inilah celah kesejahteraan bagi petani karena harga jualnya yang lebih tinggi hingga 10 kali lipat daripada bahan pangan non-organik. Maka dari itu, Amran menginginkan agar Kepri membuat pengaturan pertanian modern satu petak mencakup 10 sampai 20 hektare sawah sehingga biaya produksi menjadi lebih efisien.
Adapun bayangan biayanya, dimungkinkan bisa lebih mahal Rp1.500-2.000 per kg, tetapi dijual bila perlu beras (organik) Rp100 ribu per kg. Seperti yang Amran kemukakan bahwa Indonesia beberapa waktu lalu mengekspor ke Belgia dengan harga Rp90 ribu atau sekitar 6 euro. Uang yang berputar bisa dapat Rp6 triliun untuk petani. Adapun negara lainnya yang menjadi tujuan ekspor beras organik, antara lain Amerika Serikat, Jerman, Italia, dan Uni Emirat Arab.
Tidak hanya itu, Mentan juga menyiapkan anggaran untuk realisasi pembukaan 5.000ha lahan pertanian di Kabupaten Lingga. Harapannya adalah supaya Lingga menjadi lumbung pangan organik Kepri dan memenuhi kebutuhan pangannya sendiri. Hal tersebut disampaikan Menteri Pertanian Amran Sulaiman dalam kunjungan kerjanya ke Desa Bukit Langkap Kabupaten Lingga, Rabu (7/9). Mentan melakukan penyemaian padi perdana dalam rangka cetak sawah di Kabupaten Lingga seluas 100ha.
Waktu itu, Amran kembali mengajak semua pihak lebih optimis bahwa Lingga akan menjadi lumbung pangan organik. Baginya, Lingga tidak boleh lagi mengambil bahan pangan dari daerah lain. Paling tidak Kepri harus dapat penuhi kebutuhannya sendiri. Lebih jauh, bisa ekspor ke Malaysia dan Singapura. Adapun salah satu solusi untuk mencapai kesejahteraan masyarakat adalah melalui produksi, khusunya pangan. Karena itulah, Mentan memberikan bantuan 12 unit traktor roda 4, 5 unit traktor roda 2, 15 unit pompa air dan unit jajar legowo di Lingga. Mentan juga memberikan bantuan benih dan bibit padi untuk lahan seluas 5.000 ha dan 70 kg benih jagung hibrida. (Sulaiman)