Gubug Kecil Indonesia

Gubuk Kecil Indonesia - Yanwi Mudrikah. (ILUSTRASI: NUSANTARANEWS.CO)
Gubuk Kecil Indonesia – Yanwi Mudrikah. (ILUSTRASI: NUSANTARANEWS.CO)

Oleh: Yanwi Mudrikah*

NUSANTARANEWS.CO – “Mendirikan, menggerakkan, sekaligus mengasuh komunitas menulis bukan sesuatu yang mudah di jaman gadget seperti sekarang. Kita dapat mengamati di jalan-jalan, di kampus-kampus, di emperan toko, di stasiun, di terminal, bahkan di mall-mall semua orang belum bisa lepas dari gadget mereka. Bahkan, ada yang bilang kalau smartphone lebih penting dari dompet. Begitulah di jaman yang serba instant. Pada akhirnya, budaya hedonis dan individualis sudah mendarah daging dalam diri kita.” (Yanwi Mudrikah)

Kegelisahan dan tekanan hebat merasuk ke dalam diri saya, ketika itu saya masih duduk di bangku Madrasah (2006). Tepatnya Madrasah Aliyah Negeri 1 Purwokerto. Dan saat itu belum booming teknologi secanggih seperti sekarang. Hanya saja, dulu sudah muncul media sosial (medsos) yang lumayan popular. Yakni, facebook dan friendster.

Dua medsos itulah yang digemari para pelajar dan masyarakat kalangan tertentu. Untuk mencari informasi dan menggunakan facebook, saya harus berjalan menuju warung internet (warnet) yang letaknya lumayan dekat dari kontrakan. Jumlah warnet di komplek Madrasah saya pun belum banyak. Alias, masih bisa dihitung dengan jari. Begitu halnya dengan warung telekomunikasi (wartel) yang kalau ke sana harus menunggu antrean panjang.

Kegelisahan selalu hadir dari hari ke hari, dari bulan ke bulan. Mimpi untuk melakukan sesuatu untuk negeri; untuk Indonesia amat kuat. Bagaimana menumbuhkan minat menulis untuk diri saya sendiri dan juga orang-orang di sekitar. Dan barangkali cara ini dapat menumbuhkan energi sesama pelajar dalam mengasah potensi serta kepemimpinan dalam diri kita sebagai manusia yang berkeadaban.

Kemudian, cara ini juga dapat menumbuh-kembangkan kita (sebagai pelajar) dalam mencintai ilmu dan memberantas kebodohan. Tidak hanya untuk diri kita sendiri melainkan untuk masyarakat Indonesia pada umumnya.

Kegelisahan saya akhirnya terjawab, lalu saya berniat mendirikan komunitas menulis sastra di berbagai pelosok tanah Jawa, baik yang offline atau pun yang online. Offline dan online di sini maksudnya adalah para anggota komunitas yang bergabung tidak harus yang aktif tatap muka secara langsung, namun juga bisa jarak jauh.

Karena waktu itu sedang viral handphone BB, sehingga saya menggunakan teknologi tersebut untuk kepentingan komunitas menulis. Alhasil, terbentuklah komunitas Gubug Kecil Indonesia yang lahir di tahun 2012 sampai sekarang yang berkembang di kalangan mahasiswa, para pelajar, para pekerja pabrik, wiraswasta dan buruh kontrak.

Baca Juga:

Yanwi Mudrikah, Penyair ini dilahirkan di desa Darmakradenan, Ajibarang, Banyumas, 12 Agustus 1989. Cerpennya terdokumentasi dalam antologi Bukan Perempuan (STAIN Press, 2010). Sepuluh sajaknya terdokumentasi dalam antologi Pilar Penyair (Obsesi Press, 2011); duapuluh sajaknya terdokumentasi dalam antologi Pilarisme (Obsesi Press, 2012); dan Sembilan sajaknya terdokumentasi dalam antologi Pilar Puisi (Penerbit STAIN Press, Purwokerto, 2013).

Rahim Embun buku puisi tunggalnya, menghimpun 64 judul sajak, dengan kata pengantar Hanna Fransisca, dan kata penutup Dimas Indianto S (Penerbit Mitra Media, Yogyakarta, 2013). Menjadi Tulang Rusukmu, buku puisi keduanya yang menghimpun 41 judul sajak, dengan kata pengantar Nia Samsihono, dan Catatan Penutup Wahyu Budiantoro (STIMIK-AMIKOM Press, Purwokerto, 2016).
Penyair ini lulus Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.) dari Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, dan lulus Magister Pendidikan (M.Pd.) dari Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP).
Penyair ini juga berprofesi sebagai Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Diponegoro Purwokerto, sebagai Dosen Bahasa Indonesia di IAIN Purwokerto, dan sebagai Dosen Agama Islam di STIMIK-AMIKOM Purwokerto. E-mail: yanwimudrikah@gmail.com.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com.

Exit mobile version