NusantaraNews.co, Jakarta – Pengurus Pusat Gerakan Pemuda Ansor (PP GP Ansor) mencermati bahwa tragedi kemanusiaan terhadap etnis Rohingya karena situasi di mana pemeluk agama mayoritas yang sebenarnya moderat memilih diam dan bukan melawan saat terjadi persekusi terhadap kaum minoritas.
“Aung San Sukyi, sang penerima Nobel Perdamaian, hanyalah contoh paling memuakkan dari diamnya mayoritas,” kata Wakil Sekretaris Jenderal PP GP Ansor Dr. Mahmud Syaltout dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 1 September 2017.
Mahmud Syaltout menyampaikan bahwa, GP Ansor juga menyadari jika penyelesaian kasus Rohingya akan menjadi sulit, terlebih melihat banyaknya pihak, negara dan korporasi yang berkepentingan terhadap penguasaan aset, kapital maupun sumber daya di daerah-daerah di mana saudara-saudara kita etnis Rohingya sebelumnya dan/atau saat ini tinggal.
“Sangat sulit bagi ASEAN untuk bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik. Mengingat, selain Myanmar, Thailand, Malaysia, Singapura dan Brunei juga memiliki perusahaan nasional yang beroperasi dan berproduksi di daerah konflik geopolitik tersebut,” ungkapnya.
Bahkan, imbuh Mahmud, negara-negara tersebut meminta kepada Pemerintah Indonesia untuk lebih aktif bersuara dan cenderung memimpin aliansi mitra dialog dan diplomasi hak asasi manusia (Human Rights Diplomacy) mengingat: 1). Posisi Indonesia yang cenderung netral dari kepentingan geopolitik di wilayah tersebut; 2). Indonesia sebagai negara terbesar di kawasan; dan 3). Indonesia secara tegas dalam konstitusi menghendaki agar penindasan di muka bumi harus dihapuskan.
Untuk itu, kata Maumud, GP Ansor mengajak organisasi kepemudaan dan masyarakat Indonesia lainnya, untuk melakukan aksi solidaritas kemanusiaan dan misi bantuan kemanusiaan terhadap saudara-saudara kita etnis Rohingya, serta melakukan secara lebih aktif lagi People-to-People Diplomacy di kawasan.
“Tentu saja dengan kesadaran agar konflik geopolitik di Myanmar itu tidak diimpor ke negeri kita,” ujar Mahmud Syaltout.
Ditambahkannya bahwa, GP Ansor pun menyarankan agar mensholat-ghoibkan para korban yang tewas, mengirimkan doa khusus dan juga membaca Hizb Nasr agar para korban yang tewas mendapat ketenangan, agar para korban terluka ringan maupun berat segera mendapatkan kesembuhan, agar para korban yang hilang bisa diketemukan dalam keadaan hidup dan sehat.
“Agar para korban yang mengungsi mendapatkan keamanan dan perlindungan, dan agar perdamaian abadi bisa kembali hadir di Negeri Myanmar sehingga para pengungsi dapat pulang ke tanah mereka dengan jaminan keamanan dan perlindungan,” sambungnya.
Akhirnya, tegas Mahmud, GP Ansor mengutuk keras tragedi kemanusian terhadap saudara-saudara kita etnis Rohingya di Myanmar sekaligus mengajak kita semua untuk menyatukan hati, tekad, semangat dan usaha #KitaIniSama satu tujuan untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
“Tentu saja tidak memilih diam terhadap setiap ujaran kebencian, permusuhan dan persekusi terhadap minoritas,” tutup Mahmud tegas.
Baca artikel sebelumnya:
Tragedi Rohingya, GP Ansor: Tragedi Kemanusiaan Terparah di Asia Tenggara
Pewarta/Editor: Ach. Sulaiman