Mancanegara

Google Doodle Rayakan Kelahiran ke 136 Virginia Woolf

NUSANTARANEWS.CO – Virginia Woolf salah satu novelis terbesar Inggris yang memiliki pengaruh besar pula terhadap dunia sastra terus masih terasa hingga hari ini. Pada ulang tahunnya yang ke 136, google ikut merayakan dengan menjadikan Virginia Woolf sebagai doodle google hari ini, 25 Januari 2019.

Virginia Woolf lahir di Kensington, London, Inggris pada Rabu, 25 Januari 1882. Perempuan bernama asli Adeline Virginia Stephen ini besar dalam keluarga kelas atas pada akhir era Victorian. Perempuan berparas cantik dan anggun ini dinobatkan sebagai seorang novelis Inggris yang dianggap salah satu tokoh terbesar sastra modernis dari abad 20.

Buku-buku bermutu adalah santapannya sejak kecil. Sebab sang ayah memiliki perpustakaan pribadi yang begitu lengkap. Sejak kecil pula, Virginia Woolf kemungkinan sudah sering bertemu para penulis hebat. Dimana, tak jarang perpustakaan ayahnya itu seringkali dikunjungi oleh penulis-penulis terkemuka.

Virginia Woolf pun mendapat bimbingan khusus dari ayahnya tentang cara membaca untuk pemahaman yang mendalam. Inilah yang nantinya membuat Virginia dapat berpikir sangat kritis dan memiliki kemampuan seni menulis di atas rata-rata. Dimana, Pada masa antar perang dunia, Woolf merupakan tokoh penting komunitas sastra London dan menjadi anggota grup Bloomsbury.

Tak semudah itu, Wolf memulai karir menulisnya dengan bahasa yang kelam. Barangkali lantaran perjalanan hidupnya sendiri sangatlah muram. Bahkan, ia sempat melakukan usaha bunuh diri pertamanya pada tahun 1895 – mencoba melompat dari jendela, tak lama setelah ibunya meninggal.

Baca Juga:  Kekuatan dan Potensi BRICS dalam Peta Politik Global Mutakhir

Sosok humanis ini tinggal berindah-pindah di kawasan Bloomsbury, London selamat 1905-1912. Dan sebagai wanita terpandang dengan kejeniusan di atas rata-rata, Wolf bertemu dengan pria bernama Leonard Woolf, yang kemudian menikahinya pada tahun 1912. Sebab, pria inilah yang mampu memahami kepekaan perasaan Wolf dan hasratnya yang tinggi untuk berkarya.

Wolf aktif menulis kritik anonim di Times Literary Supplements. Ia juga produktif menulis novel, cerita pendek, biografi, nonfiksi (esai) dan autobiografi. Bahkan bersama suaminya, ia mendirikan penerbitan Hogarth Press. Sejumlah novel yang dilahirkan seperti The Voyage Out (1915), Night and Day (1919), Jacob’s Room (1922), Mrs. Dalloway (1925), To the Lighthouse (1927), Orlando: A Biography (1928), The Waves (1931), The Years (1937) dan Between the Acts (1941).

Dari sekian banyak buku yang dilahirkan ada beberapa yang paling populer yakni novel Mrs. Dalloway, To the Lighthouse, Orlando, dan esainya A Room of One’s Own.

Tokoh-tokoh wanita dalam novel karya Woolf oleh pengamat sastra dinilai kerap memiliki hubungan emosional sesama wanita seperti Rachel dan Helen dalam “The Voyage Out“, Katharine dan Mary dalam “Night and Day“, Sally dan Clarisa dalam “Mrs. Dalloway“, Lily dan Mrs. Ramsay dalam “To The Light House“. Hal itu dianggap sebagai manifestasi dari penderitaan psikologisnya mengarungi bahtera perkawinan dan masa kecilnya yang kelam. Sampai ketika tahun 1936, Virginia kembali mencoba membunuh diri.

Baca Juga:  King of Morocco, HM King Mohammed VI, Delivers Speech to Nation on Green March 49th Anniversary

Megnutip Anton W.P. dan Yudhi Herwibowo dalam “10 Kisah Hidup Penulis Dunia“, Woolf pernah menulis, novel-novelnya sesungguhnya adalah persiapan kepada sastra sejati. Novel adalah kulit luar yang harus dikelupas. Hanya otobiografi yang sejatinya sastra. Itulah sebabnya, untuk mengetahui hal-hal tersembunyi, banyak penulis biografinya membaca ulang surat-surat serta catatan pribadinya, terutama Sketch of the Past, Otobiografi yang ditulis Virginia pada april 1939. Di situlah dia mengingat perasaan-perasaan masa kecilnya. Membeberkan sejarah keluarganya dari perspektifnya sendiri, termasuk sedikit hal-hal gelap yang sangat tabu di era Victorian.

Karya-karya Wolf hingga saat ini terus dibaca banyak orang, bahkan ditelaah sebagai karya-karya dengan nilai sastra yang sangat tinggi. Sosoknya pun masih dianggap penuh misteri, dan terus dicoba untuk dikuak dan dibeberkan. Namun yang pasti, Woolf adalah pengagum Freud. Di tahun 1939, ia pernah bertemu dengan Freud yang telah renta. Ia sepakat akan analisis Freud tentang mimpi, halusinasi, tapi tak setuju bahwa seseorang harus diserahkan untuk dianalisis.

Baca Juga:  Eropa Berharap Menjadi "Gudang Senjata Perang" untuk Menyelamatkan Ekonominya

Penulis: Riskiana
Editor: Achmad S.

 

Related Posts