NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Keputusan pemerintah menaikkan BBM beberapa waktu lalu berimbas terhadap nasib warga di Madura khususnya di kepulauan. Kelangkaan BBM jenis solar dialami oleh warga kepulauan di Madura.
Anggota DPRD Jawa Timur Zaenal Abidin mengatakan bahwa masyarakat kepulauan yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan tidak lagi mampu beraktifitas karena kesulitan mendapatkan solar, terlebih sejak ada kenaikan harga BBM oleh pemerintah.
“Dampak keputusan kenaikan BBM itu berimbas kelangkaan solar terlebih bagi masyarakat kepulauan. Harus dipikirkan pemerintah bagaimana mengatasinya,” ungkap politisi Demokrat ini saat dikonfirmasi, Senin (5/9).
Mantan Birokrat ini mengatakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tidak berdampak terhadap aktivitas usaha trip penangkapan dan jumlah tangkapan, tetapi berdampak pada harga jual ikan rata-rata naik 13%, biaya operasional rata-rata naik 27.51% dan proporsi BBM terhadap total biaya rata-rata naik 4.99%.
“Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) berdampak terhadap ekonomi rumah tangga yang mengalami peningkatan pengeluaran 12.37% sedangkan pendapatan rumah tangga juga mengalami penurunan 15.23% bagi masyarakat di kepulauan,”jelas anggota Komisi E DPRD Jawa Timur ini.
Zaenal Abidin lalu mengambil contoh di Pulau Mamburit yang berprofesi nelayan mencapai 400 kepala keluarga (KK) dengan jumlah perahu sekitar 300 buah serta 5.000 perahu di Sapeken saat ini tidak beraktifitas.
“Para nelayan itu tidak mendapatkan BBM. Karena pembelian dengan jeriken dibatasi. Sehingga stok dipulau habis,” katanya.
Selain pulau Mamburit, sambung Zaenal Abidini, juga memberi contoh kesulitan masyarakat kepulauan di Madura, salah satunya di Kangean. Para nelayan di pulau Kangean, kata Zaenal Abidin saat ini dalam kesulitan, selain tidak mendapatkan BBM untuk keperluan perahunya juga diiringi dengan kenaikan sejumlah harga kebutuhan sembilan bahan pokok (sembako).
“Kehidupan warga kepulauan Kangean benar-benar susah. Pendapatan tidak ada malah harga sembako naik,” tegas Zaenal Abidin menambahkan pihaknya berharap pemerintah juga harusnya merubah regulasinya dalam memberikan pembatasan pembelian BBM solar bagi nelayan.
“Saya juga mengambil contoh kalau nelayan pancing itu dibutuhkan bbm solar 40 liter. Sedangkan nelayan hanya diperbolehkan beli hanya maksimal 20 liter. Kedepan saya berharap regulasi ini dihapus, karena pemenuhan kebutuhan BBM solar harus dipenuhi seutuhnya oleh negara,” terangnya. (setya)