NUSANTARANEWS.CO – Film karya anak bangsa “Negeri Dongeng” yang sudah rilis tahun 2017 lalu menjadi salah satu judul film yang diputar di Pekan Film Indonesia sebagai rangkaian Delhi Interntional Film Festival di New Delhi, India.
Film dokumenter yang bercerita tentang petualangan pendaki gunung di Indonesia ini berhasil menarik kembali ingatan para diaspora Indonesia yang telah berpuluh tahun tinggal di India untuk sejenak mengingat kampung halaman mereka.
Baca Juga:
- Gelar Festival Film Pendek, BPK Ingin Masyarakat Paham Tentang Peran Mengawal Harta Negara
- Kronik Setahun Nobar Film G30S/PKI Nasional
- Telaah Sutradara Film Dokumenter Usai Deklarasi #2019GantiPresiden
Teguh Rahmadi, sineas sekaligus ekspeditor dari Aksa7, memiliki cerita unik tentang penonton film yang bergerilya agar film Negeri Dongeng bisa diputar di bioskop.
“Negeri Dongeng dapat 88 ribu penonton di bioskop selama empat bulan itu gerilya,” kata Teguh di New Delhi, seperti dilansir Antara, Selasa (16/10/2018).
Film tentang pendakian tujuh gunung tertinggi di Indonesia, film Teguh, bukanlah seperti film populer pada umumnya, yang bisa diputar di setiap bioskop di Indonesia. “Negeri Dongeng tidak seperti film lain yang memiliki slot. Kita harus mencari penonton yang mau nonton, baru kita bikin slotnya di bioskop,” kata Teguh.
Permasalahannya, kata dia, banyak para pegiat alam bebas di berbagai daerah yang ingin sekali menonton Negeri Dongeng tapi tidak diputarkan di bioskop setempat. Alhasil, banyak komunitas pecinta alam yang mendukung film karya sutradara Anggi Frisca sejak produksi, mengadu kepada Aksa7 sebagai perusahaan produksi tentang sulitnya menonton Negeri Dongeng di daerahnya.
Teguh bercerita, Aksa7 mengajarkan kepada para penontonnya tentang cara bagaimana film Negeri Dongeng bisa diputarkan di bioskop daerahnya. “Saya film maker, ngajarin penonton supaya melakukan sebuah penayangan di bioskop,” kata Teguh.
Dia mengisahkan penonton film Negeri Dongeng merupakan penonton yang tidak hanya menonton, tapi belajar cara menayangkan, mencari penonton lain, sosialisasi, juga promosi tentang film tersebut.
“Biasanya orang bioskop dihubungin sama yang buat film. Nah ini orang umum datang bawa-bawa DCP (paket sinema digital untuk penayangan film di bioskop) minta diputerin, bawa-bawa surat, bawa-bawa poster,” kisah Teguh.
Dia mengatakan bioskop kalang kabut karena banyak sekali orang yang meminta untuk diputarkan film Negeri Dongeng. Dari hal semacam itulah Teguh mengakui dirinya jadi punya teman mulai dari Aceh hingga Maluku.
Perjuangan para komunitas pecinta alam dalam mendukung film Negeri Dongeng sebetulnya sudah terbentuk sejak proses produksi. Hal yang membuat Teguh dan teman-teman Aksa7 terharu ialah ketika proses produksi sempat terhenti karena kekurangan dana. Orang-orang yang peduli atas film Negeri Dongeng, yang disebut sebagai Warriors Aksa7, turun ke Jalan Thamrin-Sudirman Jakarta pada Hari Bebas Kendaraan untuk menggalang dana demi kelangsungan produksi film.
Dana yang berhasil dikumpulkan tersebut kemudian diserahkan oleh Warriors Aksa7 dalam bentuk celengan ayam pada para ekspeditor sebelum melanjutkan pendakian. Jumlah yang terkumpul tidak seberapa, namun niat dan perjuangan tulus tanpa diminta itulah yang menggetarkan dan menguatkan proses produksi para sineas Aksa7.
Pewarta: Roby Nirarta
Editor: M. Yahya Suprabana