NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Politikus Partai Demokrat Imelda Sari telah menuding Politikus PDI Perjuangan Adian Napitupulu yang menggerakkan massa ke rumah Presiden ke enam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Kuningan, Jakarta Selatan pada Senin 6 Februari 2017 untuk demo melalui akun twitter pribadinya.
Karena tudingan itu, Adian langsung mengklarifikasi. Adian mengatakan, mahasiswa adalah generasi yang intelektual. Ia tidak percaya bahwa mahasiswa mampu digerakkan begitu saja untuk berdemo di depan rumah SBY seperti tuduhan Partai Demokrat.
“Apalagi menunggangi sebuah pertemuan besar yang di ikuti sekitar 3.000 mahasiswa dari 500 kampus di 25 Provinsi sebagaimana disebut dalam rilis mahasiswa yang tersebar di Sosmed. Tidak ada yang sanggup, (termasuk saya) untuk menggerakan kekuatan intelektual muda sebesar itu,” ujar Adian Napitupulu melalui keterangan resminya di Jakarta, Selasa (7/2/2017).
Menurut dia, tak ada yang salah dengan pertemuan antara Kepala Staf Khusus Kepresidenan Teten Masduki dengan para mahasiswa di Jambore, Cibubur. Justru Adian menilai sikap SBY yang aneh, marah atas aksi demonstrasi tersebut.
“Menurut saya harusnya semua Mantan presiden, semua Jenderal, semua aparatur negara dan seluruh masyarakat mendukung sikap mahasiswa. Saran saya kalau mau komentar ya komentarlah tentang dugaan adanya makar, jangan komentari aksi yang justru ingin menjaga keutuhan NKRI dan menjaga Pancasila sebagai Ideologi Negara,” kata Adian.
Dalam pernyataan sikap mahasiswa itu, tidak ada satupun menyebut nama orang ataupun organisasi atau partai politik. Karena itu, ia menilai aneh jika ada yang merasa tersinggung sementara namanya tidak disebutkan.
“Saya tidak tahu bagaimana mahasiswa memutuskan untuk aksi di Mega Kuningan tepatnya di dekat Kedubes Qatar. Bila kita lihat lokasi aksinya, maka aksi itu tidak tepat di depan rumah SBY, karena masih ada jarak pandang sekitar 50-an meter. Kalaupun Polisi mengatakan demo itu tanpa izin, maka itu hanya masuk kategori Tipiring alias Tindak Pidana Ringan. Saran saya tidak perlu mengomentari tindak pidana ringan seperti itu, karena kelas mantan presiden harusnya mengomentari chat sex yang beredar luas karena itu bisa merusak moral kaum muda se-Indonesia,” ungkap Adian.
Selain itu, Adian juga mengklarifikasi tentang mobil Terrano yang diduga miliknya mangkal di lokasi demo dengan membawa logistik. Dia akui punya mobil Terrano, namun dia menegaskan, mobil itu bukan miliknya.
“Mobil saya juga Terano tapi plat mobil saya bukan B 2124 ZO tetapi plat mobil Solo yaitu AD 1 AN. Saran saya tidak perlu buang waktu mencari siapa pemilik mobil, siapa yang masak nasi, siapa yang bungkus, karena mengirimkan nasi untuk aksi yang tidak bertujuan makar bukanlah kejahatan,” papar dia.
Pun ia berpesan, sebaiknya SBY tidak perlu takut dan mengecam mahasiswa yang hanya bermodalkan spanduk dan pengeras suara dengan tuntutan yang 1000 persen masuk di akal. Kalau mau takut, maka takut dan kecamlah pelaku pemboman, karena itu merenggut jiwa manusia. Kalau mau takut dan mengecam, maka Kecamlah Mantan-mantan menteri yang ditangkap KPK karenaKorupsi mereka memiskinkan rakyat.
“Benar saya datang ke acara Jambore seperti juga sekian banyak pembicara yang juga datang ke acara itu. Saya datang bersama istri saya, dan saya tidak berbicara sepatah katapun di panggung forum terhormat Jambore itu, saya hanya bertemu dengan mahasiswa dari beberapa daerah yang ingin menyampaikan masalah-masalah di daerahnya karena itu bagian dari tugas saya sebagai anggota DPR,” ujar dia.
Di forum Jambore, Adian mengakui panitia meminta dirinya untuk menjadi pembicara, namun ia menolak. Sebab, sudah banyak mantan aktivisi 1998 yang menjadi pembicara di forum tersebut.
“Masih banyak sebenarnya yang ingin saya komentari sampai hal yang sekecil kecilnya termasuk semua yang beredar di situs situs hoax dan aneka sosmed lainnya, tapi saya putuskan untuk tidak berlebihan agar jelas bahwa saya, Adian Napitupulu berbeda dengan SBY,” tutur dia.
Reporter: Richard Andika
Editor: Sulaiman