Dari Yogyakarta untuk Indonesia

Ilustrasi/Foto Istimewa/Nusantaranews

Ilustrasi/Foto Istimewa/Nusantaranews

NUSANTARANEWS.CO – Akhir-akhir ini wawasan kebudayaan dan kebangsaan kembali digiatkan untuk menunjang pembangunan dan menjawab persoalan bangsa. Penyatupaduan ini diharapakan mampu memperkokoh kesatuan NKRI, dan mengembangkan nilai-nilai budaya lokal semakin produktif ke arah jati diri bangsa Indonesia.

Menjelang hajat besar bangsa Indonesia, yaitu menyambut 72 tahun Kemerdekaan Indonesia. Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) menggelar seminar reflektif (8/8) yang bertajuk “Menguatkan Nilai-Nilai Budaya Lokal untuk Memperkokoh Keutuhan NKRI”. Sudah mafhum kiranya, gerakan budaya lokal dijadikan instrumen keutuhan NKRI, karena selain Indonesai terkenal dengan subur tanahnya, juga kaya budaya dan keberagamannya.

Dalam alenia pertama pembukaan UUD 1945 “Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.” Isu-isu modernitas yang identik dengan peradaban kapitalisme dan tetek bengeknya—wajah penjajahan baru ini coba dibungkam dengan kembali mendengungkan khakikat budaya lokal dalam merawat dan memperkokoh keutuhan negara Indonesia.

Kembali ke khittah, dengan menghargai produk sendiri merupakan gerakan murni untuk mencapai keadilan, kemakmuran, berdaulat secara hukum dan mandiri secara ekonomi. Provensi Daerah Istimewa Yogyakarta memulai kesadaran ini lewat kegiatan-kegiatan yang bersifat akademis dan rekreatif. Semisal contah terdekat, FKY29 (Festival Kesenian Yogyakarta) yang digelar di Jalan Paris Km 5,5, tepatnya di Piramid dengan mengusung khasanah budaya lokal demi menjangkit kesadaran masyarakat Yogyakarta untuk semakin mencintai budayanya sendiri.

Lewat kegiatan-kegiatan semacam itu, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mencoba mengawal kemerdekaan bangsa Indonesia melalui kultus budaya lokal masyarakat pinggiran. Memberi pencerahan kembali kepada khelayak untuk menghargai dan berfikir bahwa Indonesai kaya dan memiliki segalanya.

Agung Supriyono selaku Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) “Masyarakat, lebih-lebih pemuda dan mahasiswa wajib menghormati kebudayaan lokal termasuk khazanah lokal yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta” hal ini juga searah dengan adagium bijak bahwa keunggulan sebuah bangsa ditentukan oleh keunggulan sistem budayanya.

Riadi Ahmad, peserta sekaligus Direktur Pemuda Istimewa mengungkap “kesadaran nasionalisme harus menjadi pemahaman bersama, terutama di lingkungan mahasiswa sebagai pewaris kelestarian nilai- nilai budaya lokal yang nantinya mampu membangun character strength dalam dunia pendidikan”.

Dengan demikian, kebangsaan Indonesia adalah ekpresi rasa syukur atas desain sunatullah yang telah menciptakan perbedaan, dengan menjunjung tinggi kesetaraan kemuliaan manusia, dengan selalu mengembangkan sikap positif terhadap kemajemukan bangsa (Yudi Latif).

Maka dari itu, mari serentak berikhtiar untuk menjadikan momentum perayaan kemerdekaan Indonesia ke-72 ini sebagai gerakan bersama untuk bersatupadu mewujudkan NKRI yang harmonis dan sejahtera.

*Anwar Noeris, penulis adalah Kepala Riset Pemuda Istimewa Yogyakarta (PI).

__________________________________

Redaksi menerima kiriman berupa artikel Opini serta catatan lainnya baik ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan dan agrowisata. Artikel bisa dikirimkan langsung melalui redaksi@nusantaranews.co

Exit mobile version