Dari Perjalanan Bocah, di Sebuah Bandara Malaysia

2.2 Million Passengers In April At Dublin Airport The Financial

(Ilustrasi) 2.2 Million Passengers In April At Dublin Airport The Financial

Puisi Faiz Adittian Ahyar
DARI PERJALANAN BOCAH, DI SEBUAH BANDARA MALAYSIA

Berpulang, adalah cara merayakan
Ketakdziman kepada ibu
Yang telah melahirkanku

Sebab itu, aku laksanakan
Kewajiban anak
Agar selamat dari azab
Lantaran lalai waktu

Kupesan taxi, dari kota yang entah
Menuju arah terbang pesawat, yang
Beberapa kali mengajakku melihat langit biru

Di seberang kiri, Bandara Satu terlihat begitu sibuk.
Nampaknya, aku harus ke arah lain
Sebab tujuanku adalah tanah air ibu

Kubaca iklan terpampang di tepian jalan
Ada yang mengabarkan politik, merek dagang
Makanan, bahkan kosmetik yang menjadikan
Hidup lebih menawan
Tak ada macet, apa lagi pengemis yang
Malas kerja
“Duh, tentramnya”

Sampailah aku, di jalan menanjak
Di samping kiri mobil yang kunaiki
Adalah jalur kereta cepat
Orang-orang bersigap menuju keluar loket
Dan di seberang jauh lagi
Pesawat berpacu
Mengejar waktu
Berlarian di landasan yang begitu panjang

Sorak sorai sopir yang hendak mengantar turis
Menjadikan aku semakin menggebu
Rindu pada ibu
Tak sampai-sampai

Kuarsir waktu di depan
Petugas yang terus menelisik satu data,
Dicocokkan dengan yang lain
Lewat sebuah komputer masa kini
Dan sebuah camera yang menyorot wajahku
Kami mengantri seperti
Hendak dimasukkan ke dalam
Sebuah ekspedisi
Pengiriman barang
Ke mana kepergianku
Pada buku identitas yang selalu kusimpan pada
Saku kemeja. Seorang menanyai arah pergi
“Kerumah ibu”
“Rumah ibumu dalam tanah air?”
“Air yang mengalir”
Tukasku padanya yang kurang paham
Mana air yang mengalir
Apakah kolam, sungai, bahkan pantai
Ia pergi begitu saja

Kutanyakan kepada seseorang
“Secepat apa aku bisa kembali
Menyusur arah peta rindu di lembar buku ini?”
“Sebentar tuan, pesawat yang tengah mendarat
Masih terengah-engah
Belum siap berpacu kembali. Tunggu sebentar bersama orang
Di kursi itu. Kami siapkan minuman soda
Agar dahagamu menunggu tidak terlalu kecewa
Sembari waktu yang kau arsip
Akan kami antar dengan pesawat
Yang tengah mengisi bahan bakar”

Delapan menit kemudian
Orang mengantri
Pada sebuah lorong panjang
Masuk lewat sebuah pintu besi yang dijaga
Gadis tengah baya, memakai rok merah.
Ia begitu ramah
Menunjukkan lokasi
Kursiku berpacu, sesuai abjad
Dan nomor antri hendak menerbangkanku
Pada air yang mengalir
Ceruk waktu
Telah kuarsir
Dan kutaksir
Satu jam empat puluh lima menit
Petaku habis terbaca

Kuala Lumpur International Air Port, 2017

Faiz Adittian Ahyar, lahir di Banyumas, 21 Oktober 1994. Tempat tinggal di Pasir Kidul Rt. 02 Rw. 05 Purwokerto Barat 53135. Puisinya terantologikan dalam buku Kampus Hijau (Stain Press), Kampus Hijau 2 (Stain Pres), Kampus Hijau 3 (SKSP), Pilar Pusi II (Stain Pres, 2015), lima puisinya termuat di Zine ILIC (Indonesian Literary Collective) pada festifal Berlin book fair tahun 2014 di Jerman, Potret Langit (Oase Pustaka, 2015), Balada Badut-badut dan Rumput (Oase Pustaka, 2015), Gelombang Puisi Mritim (Dewan Kesenian Banten, 2016). Puisinya pernah dimuat di beberapa media masa seperti Banjarmasin Post, Kedaulatan Rakyat. Cerpennya terantologi dalam buku Misteri Jodoh (LKIs, 2014), Perempuan Lelaki (Oase Pustaka, 2015). Tulisannya juga dimuat di dalam Jurnal YIN YANG Vol. 10 No. 1 Januari-Juni 2015.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com.

Exit mobile version