Politik

Dalam Suasana Haru, Obama Khawatirkan Trump

NUSANTARANEWS.CO – Purna sudah tugas Barack Obama memimpin Amerika Serikat. Dalam pidatonya, Obama tampak emosional. Terlihat jelas dirinya khawatir dengan kepemimpinan Donald Trump.

Slogan kampanyenya “Yes, We Can” selalu dipertegas Obama untuk mengingatkan Trump agar terus menegakkan demokrasi dan nilai-nilai AS, serta menolak aksi-aksi diskriminatif.

Obma jelas khawatir dengan kepemimpinan Trump. Hal ini menyusul ide Trump yang ingin mencabut beberapa kebijakan Obama, terutama soal penolakan tindakan diskriminasi.

“Jadi, sama seperti kita, sebagai warga negara harus tetap waspada terhadap agresi eksternal. Kita harus waspada terhadap melemahnya nilai-nilai yang selama ini kita junjung sehingga membuat kita kenal siapa diri kita,” ujar Obama seperti dilansir AFP, Kamis (12/1/2017).

Trump, yang pada 20 Januari nanti akan disumpah sebagai Presiden AS, diketahui dalam sejumlah kampanyenya melarang umat Islam memasuki Amerika, membangun tembok di perbatasan Meksiko, membuat kesepakan global untuk memerangi perubahan iklim dan membongkar hukum reformasi kesehatan yang telah dibangun Obama.

Baca Juga:  Mengulik Peran Kreator Konten Budaya Pop Pada Pilkada Serentak 2024

Dalam pidatonya, Obama menentang semua rencana Trump. Dengan alasan itulah mengapa Obama sejak masa kampanye mendukung terus calon presiden AS dari Partai Demokrat, Hilarry Clinton. Namun, warga AS berkata lain, mengusung ide American First, Trump sukses memenangkan pemilu AS.

Suasana pidato terakhir Obama mendadak jadi haru. Terutama saat dirinya mengucapkan terimakasih kepada istrinya, Michelle. “Michelle, selama 25 tahun terakhir, Anda bukan saja sekadar menjadi seorang istri dan ibu dari anak-anak saya, tetapi juga teman terbaik,” ujar Obama haru disambut gemuruh tepuk tangan audiens di Convention Center.

Bagi Obama, demokrasi merupakan salah satu tantangan terbesar AS. Tapi dirinya yakin setiap warga AS akan terus berpartisipasi menghidupkan demokrasi di negara berpenduduk sekitar 323.995.528 jiwa itu. (Sego/ER)

Related Posts

1 of 438