NUSANTARANEWS.CO, Banda Aceh – BNPT sebut banyak anak muda masuk dalam pusaran terorisme, pemuda Aceh tantang pemerintah. Pernyataan tersebut dilontarkan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Boy Rafli Amar saat jumpa pers sekaligus sosialisasi Peraturan Presiden (Presiden) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstrisme (RAN-PE) yang digelar secara daring.
Boy menyatakan bahwa banyak anak muda masuk ke dalam pusaran terorisme. Oleh karena itu, dirinya meminta agar seluruh lapisan masyarakat mewaspadai gerakan radikalisme. Sebab, kata Boy, paham radikalisme yang berujung pada aksi terorisme sudah menyasar ke kalangan anak-anak muda.
Merespon pernyataan Kepala BNPT tersebut, pemuda Aceh, Sulthan Alfaraby, mengatakan bahwa pada dasarnya tidak ada orang yang ingin terlibat dengan aksi terorisme.
“Pada dasarnya tidak ada seorang pun manusia yang ingin terlibat dengan terorisme. Aksi terorisme muncul karena adanya ketidakberesan dalam mewaraskan pikiran,” ujarnya saat diskusi, Jumat (5/2).
Ketidakberesan dalam mewaraskan pikiran yang dimaksud oleh Alfaraby adalah keterlambatan dalam mengedukasi generasi muda. Sehingga, diperlukan edukasi yang lebih mendalam serta lebih menyasar kepada anak-anak usia dini.
“Terlambatnya edukasi tentang bahaya terorisme pada generasi muda adalah salah satu penyebab kenapa sekarang banyak yang terpengaruh. Baik itu ketika diajak atau sekedar ikut-ikutan. Jika anak-anak itu sejak dini sudah dipahamkan, bahwa kebencian atau emosi yang berlebihan itu berbahaya, maka kecil potensinya dia akan menghasut, membenci atau bertindak kriminal,” tegasnya.
Alasan Alfaraby mengatakan bahwa anak usia dini penting untuk diedukasi secara mental dan moral, karena mereka adalah cikal bakal generasi masa depan yang harusnya terus didorong oleh pemerintah agar mereka bisa menghargai sesama.
“Munculnya sifat emosi yang berlebihan bisa memicu kebencian serta berujung pada aksi terorisme, harus ditepis melalui pendekatan emosional maupun agama dan menyasar anak-anak. Coba kita datangi para korban bully, sadarkan mereka, jangan sampai mereka diajak untuk membalaskan dendamnya melalui aksi kekerasan. Kita tentu tidak inginkan itu terjadi dan dimanfaatkan oleh segelintir oknum,” ujar penulis buku Cahaya di Dalam Gelap tersebut.
Sebagai seorang pemuda, Alfaraby menantang Pemerintah Republik Indonesia agar semakin sadar bahwa penyakit terorisme sudah kronis, cara penanganannya pun harus dimulai dari bawah ke atas.
“Harus dimulai dari bawah (akar) dalam pemberantasannya. Ciptakan kegiatan-kegiatan spiritual, kreatif dan beredukasi serta ajaklah mereka (anak muda) dengan hal-hal yang positif. Jangan pemerintah sibuk dengan konflik politik, ini yang buat kita heran, negara kita tidak butuh itu. Yang kita butuhkan sekarang adalah bagaimana menciptakan generasi bermental berani untuk menolak terorisme, narkoba dan generasi yang semakin beriman. Karena manusia beriman tidak akan pernah mau dekat dengan kegiatan criminal,” tutupnya. (Red)