NUSANTARANEWS.CO – Politisi kontroversial Filipina, Rodrigo (Roa) Duterte sukses memenangi pemilihan presiden Filipina. Ia bakal menggantikan presiden sebelumnya Benigno Aquino. Kemenangan Duterter cukup mengagetkan pata elit politik di Filipina karena visi dan seruan kampanye brutal.
Rodrigo Duterte lahir di Massin, Leyte Selatan, Filipina, 28 Maret 1945. Rodrigo yang berjuluk Digong, lahir dari pasangan Cebuano Vicente G. Duterte dan Soledad Roa Duterte. Vicente, Ayah Rodrigo, adalah pengacara yang juga menjabat sebagai Gubernur Davao dan Soledad Roa (waktu itu belum dibagi). Vicente berasal dari Cabadbaran, Agusan. Awalnya, Ayah Rodrigo adalah seorang guru sekolah dan menjadi pemimpin Civic. Selain menjadi Gubernur, Ayah Rodrigo juga pernah menjadi Walikota Danao di Cebu.
Rodrigo sejak kecil hidup dalam keluarga politisi. Selain Ayahnya yang menjadi pejabat, sepupu dan pamannya juga politisi dan menduduki jabatan Strategis di Filipina. Nalar politik Rodrigo terbentuk memang sedari kecil di lingkungan keluarganya. Roland, sepupunya, adalah Walikota Kota Cebu (1983-1986). Sedangkan Ramon Duterte, ayah Rolan juga pernah menduduki jabatan tersebut pada tahun 1957 sampai tahun 1959.
Rodrigo memiliki hubungan kekeluargaan dengan klan Visayan dan mempunyai ikatan kekerabatan dengan klan Durano dan Almendras sebagai keluarga politik. Ikatan kekeluargaan dan kekerabatan keluarga Rodrigo ini, kemudian menjadi kekuatan besar di Filipina, khususnya di Kota Davao. Kota Davao merupakan kota dengan tingkat urbanisasi yang tinggi di pulau Mindanao. Kekuatan politik kelurga Rodrigo menjadikannya sebagao penguasa pulau tersebut selama 7 masa jabatan, dengan total lebih dari 22 tahun.
Rodrigo menjalani pendidikannya di Lyceum Universitas Filipina (BA) dan Kolese Hukum San Beda (BL) Kelak, setelah Rodrigo dewasa dan berkecimpung dalam dunia politik, sebagai generasi penerus keluarganya, ia memulai debut karir politiknya sebagai Wakil Walikota dan anggota kongres di kota Davao tersebut. Rodrigo menjabat sebagai Wakil Walikota Davao sejak 30 Juni 2013.
Rodrigo Duterte memulai karir politiknya sejak 2 Mei 1986-27 November 1987 sebagai Wakil Walikota Davao yang dipimpin oleh Jacinto T. Rubillar. Periode selanjutnya, Rodrigo Duterte menduduki jawaban Walikota Kota Davao pertama 2 Februari 1988- 19 Maret 1998 menggantikan posisi Jacinto T. Rubillar yang menjabat sebelumnya. Setelah Rodrigo lengser diganti oleh Benjamin C. de Guzman. Setelah masa jabatan Benjamin C. de Guzman berakhir, kursi Walikota Kota Davao kembali diduduki oleh Rodrigo Puterte sejak 30 Juni 2001-30 Juni 2010 dan yang menjadi Wakil Walikota adalah Sara Duterte. Periode selanjutnya, 30 Juni 2010 – 30 Juni 2013 dijabat oleh Sara Duterte dan Rodrigo sebagai Wakil Walikota. Setelah satu masa jabatan Sara Duterte selesai, Rodrigo Duterte kembali naik menajadi Walikota sejak 30 Juni 2013.
Selain menduduki jabatan Walikota dan Wakil Walikota Davao, Rodrigo juga pernah menjadi Anggota Dewan Perwakilan Filipina dari distrik ke-1 Kota Davao dari 30 Juni 1998 sampai 30 Juni 2001. Sebagai politisi ulung, Rodrigo memiliki loyalitas terhadap partainya yaitu Partai Politik PDP-Laban (Nasional) dan Partai Hugpong Sa Tawong Lungsod di tingkat Lokal. Di samping itu, Rodrigo juga memiliki afiliasi dengan Lex Talionis Fraternitas.
Setelah 7 periode fokus menjadi pejabat Kota Davao, pada 21 November 2015, Duterte mendeklarasikan diri untuk mencalonkan diri sebagai Presiden Filipina dalam pemilihan Presiden 2016. Di usinya yang ke-71, Rodrigo dengan segala macam kontroversi tentang dirinya, masih energik dalam dunia politik-kekuasaan. Sosok Rodrigo yang mengundang banyak kontroversi dari banyak kalangan, rupanya tidak mengurangi jumlah pendukungnya. Rakyat Filipina mayoritas memberikan dukungan terhadap Rodrigo dalam pemilihan Presiden tahun ini. Sebagai pribadi dan politisi, Rodrigo dengan kerendahan hatinya yang besar, siap menjalankan mandat yang diberikan rakyat kepadanya.
Mayoritas rakyat Filipina menjagokan Rodrigo sebagai calon presiden terkuat karena beberapa hal. Salah satunya adalah janji Rodrigo yang mampu meyakinkan rakyat Filipina bahwa dirinya akan melakukan yang terbaik bagi bangsa dan negaranya. Bahkan Rodrigo berjanji, tidak hanya dalam keadaan menjalankan tugas, janji itu akan dilaksanakan, dalam keadaan tidur sekalipun. Inilah salah satu kontroversi sederhana dari Rodrigo. Bagi Rodrigo, menjadi pemimpin harus total untuk melayani bangsa dan negaranya.
Rakyat Filipina memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap Rodrigo. Rakyat memiliki keyakinan bahwa Rodrigo jika jadi Presiden Filipina, dirinya mampu memulihkan situasi Filipina dan dapat menyatukan rakyat. Rodrigo jadi Presiden, pembangunan Filina berlanjut. Namun, Presiden Benigno Aquino, mengkhawatirkan sosok Rodrigo yang menjadi pujaan rakyat itu. Bagi Benigno Aquino, sumpah dan retorika Rodrigo yang berapi-api untuk memburikan hukuman mati bagi pelaku tindak kriminal, bisa melahirkan sestem pemerintahan yang otoriter. Kekhawatiran tersebut, membuat Benigno melakukan siasat dengan mengumpulkan para kandidat supaya bersatu demi mengalahkan kekuatan Rodrigo.
Sebuah lembaga survie sebagai monitoring berlangsungnya pemilihan Presiden, Duterto mendulang suara jauh lebih banya dari rival terdekatnya, yaitu Mar Roxas. Lembaga PPCRV ini sudah diakreditasi oleh pemerintah Filipina sehingga dapat dibenarkan keakuratan datanya. Pelaksanaan pemilihan Presiden Filipina, Senin, 9 Mei 2016, dengan lima kandidat calon Presiden Filipina diantaranya Rodrigo Duterte, Manuel Roxas, Grace Poe, Miriam Santiago dan Jejomar Binay. Salah satu dari lima kandidat tersebut akan menggantikan Presiden Benigno Aquino.
Keunggulan Rodrigo berdasarkan pada sejarah gerakan pokitiknya yang di Kota Davao sejak tahun 1988. Rodrigo sebagai Walikota Kota Davao dikenal sebagai sosok yang blak-blakan, cenderung kasar, dan kontroversial. Kontroversi dalam diri Rodrigo yakni ucapan-ucapan dan tindakannya sebagai Walikota. Mulai dari lelucon yang dilontarkan sampai kebijakan yang dialakukan tidak sedikit yang kontroversi.
Misalnya, Rodrigo pernah mengungkapkan lelucon tentang dirinya sendiri yang ingin memperkosa misionaris wanita berkebangsaan Australia yang meninggal dalam insiden kerusuhan di sebuah penjara pada tahun 1989 silam. Selanjutnya, bulan Januari 2015 tahun lalu, Rodrigo menyebut Paus Fransiskus sebagai anak pelacur. Hal itu terjadi karena Rodrigo terjebak macet oleh romobongan Paus Fransiskus dalam kunjungannya ke Filipina.
Sementara kebijakannya yang kontroversi, rencananya menghabisi para pelanggar hukum di Filipina secara umum sebagaimana terjadi di Kota Davao. Rodrigo tidak akan hirau dengan Hak Asasi Manusia (HAM), siapapun dari rakyat Filipina yang menjadi pengedar narkoba, perampok, bahkan pemalas, Rodrigo menyarankan untuk hengkang dari Filipina, jika tidak akan dijatuhi hukuman mati.
Lantara statemennya, Rodrigo mendapat julukan “The Punisher” atau Sang Penghukum yang oleh Presiden Benigno Aquino disebut sebagai calon diktator seperti halnya Adolf Hitrler. Sebanyak apapun bahasa-bahasa yang diucapkan Rodrigo, sama sekali tidak membuat pendukungnya berbalik arah. Mereka para pendukung Rodrigo juga tidak hirau dengan julukan kejam yang dilabelkan terhadi sosok Rodrigo. Slogan ‘change is coming’ atau kedatangan perubahan yang dikampanyekan membuat pendukungnya mantap mendukung Rodrigo.
Daftar Kursi Kekuasaan yang Diduduki Rodrigo R Duterto dari Masa ke Masa.
Walikota Kota dan wakilnya Kota Davao
2 Mei 1986-2 Februari 1988 : Jacinto T. Rubillar – Rodrigo Duterte ( masa jabatan 2 Mei 1986-27 November 1987)
2 Februari 1988-19 Maret 1998: Rodrigo Duterte – Gilbert G. Abellera
19 Maret 1998-30 Juni 2001: Benjamin C. de Guzman
30 Juni 2001-30 Juni 2004: Rodrigo Duterte –
30 Juni 2004-30 Juni 2007: Rodrigo Duterte –
30 Juni 2008-30 Juni 2010: Rodrigo Duterte – Sara Duterte
30 Juni 2010-30 Juni 2013:Sara Duterte – Rodrigo Duterte
30 Juni 2013-sekarang : Rodrigo Duterte – Paolo Duterte. (Sel)