Bertanya Pada Samudera – Puisi HM. Nasruddin Anshoriy Ch

This current earth wind speeds map was created as Storm Barney brings dangerous/Foto: Dok. Daily Mail

This current earth wind speeds map was created as Storm Barney brings dangerous/Foto: Dok. Daily Mail

SELAMAT PAGI, HUJAN

Hujan telah mengguyur tahajudku sepanjang malam, membasahi sawah-ladang imanku dan sayur-mayur rindu dengan doa dan keikhlasan.

Kuucapkan selamat pagi padamu hujan, kusalami tiap tetesmu dengan rindu, curahan cinta yang mengantarkan cahaya langit memasuki rongga dadaku.

Aku hening. Aku bening. Hujan merangkai butiran tasbih dan rakaatku dengan temali rindu.

Kita telah lama ditakdirkan menjadi mempelai, saat dengan lembut kaubelai doa-doaku agar segera sampai.

Kusalami hujan yang bersedekah pada bumi sepanjang malam, yang membuahkan rasa syukur pada rindu yang tak terucapkan.

Seakan mempelai, malam ini kita dipertemukan, agar basah memecah jiwa, hingga sukma kembali membaca indahnya sabda.

Terima kasih, hujan, yang telah menjadi pengantinku sepanjang malam.

BERTANYA PADA SAMUDERA

Berenang di antara gugusan batu karang, hanya sumpah setia yang selalu aku ikrarkan. Kepada Yos Sudarso yang gugur di antara deru ombak, hari ini kukatakan bahwa samudera adalah rumah sejatiku, tempat keramat bagi semesta nafasku.

Kubangun cita-cita dan panji pusaka pada ribuan layar yang selalu kuikrarkan, pada samudera kita akan kobarkan proklamasi kemanusiaan, sebab kodrat alam adalah mengutuhkan kemerdekaan.

Yos Sudarso tak pernah mengajarkan padaku untuk mengail di air keruh, sebab sebagai putra-putra yang mengalir darah Pinishi, akan aku langkahi tiap gelombang samudera yang berkibar dalam gelap-gulita.

Hari ini tanggal 15 Januari, itu artinya aku harus merayakan ganasnya gelombang dan tajamnya batu karang. Akulah samudera yang pantang diam sebelum layar jauh berkembang.

Bertanya pada samudera, kepada siapa kusemayamkan indahnya harum bunga. Bertanya pada samudera, kepada siapa kunyanyikan sekeping duka.

Yos Sudarso telah menjadi jangkar pada pijar nalarku. Pada kedalaman samudera telah kusedekahkan kesetiaanku, pada laut biru ternyata aku harus berguru.

 

*HM. Nasruddin Anshoriy Ch atau biasa dipanggil Gus Nas mulai menulis puisi sejak masih SMP pada tahun 1979. Tahun 1983, puisinya yang mengritik Orde Baru sempat membuat heboh Indonesia dan melibatkan Emha Ainun Nadjib, HB. Jassin, Mochtar Lubis, WS. Rendra dan Sapardi Djoko Damono menulis komentarnya di berbagai koran nasional. Tahun 1984 mendirikan Lingkaran Sastra Pesantren dan Teater Sakral di Pesantren Tebuireng, Jombang. Pada tahun itu pula tulisannya berupa puisi, esai dan kolom mulai menghiasi halaman berbagai koran dan majalah nasional, seperti Horison, Prisma, Kompas, Sinar Harapan dll.

Tahun 1987 menjadi Pembicara di Forum Puisi Indonesia di TIM dan Pembicara di Third’s South East Asian Writers Conference di National University of Singapore. Tahun 1991 puisinya berjudul Midnight Man terpilih sebagai puisi terbaik dalam New Voice of Asia dan dimuat di Majalah Solidarity, Philippines. Tahun 1995 meraih penghargaan sebagai penulis puisi terbaik versi pemirsa dalam rangka 50 Tahun Indonesia Merdeka yang diselenggarakan oleh ANTV dan Harian Republika.

Menulis sejumlah buku, antara lain berjudul Berjuang Dari Pinggir (LP3ES Jakarta), Kearifan Lingkungan Budaya Jawa (Obor Indonesia), Strategi Kebudayaan (Unibraw Press Malang), Bangsa Gagal (LKiS). Pernah menjadi peneliti sosial-budaya di LP3ES, P3M, dan peneliti lepas di LIPI. Menjadi konsultan manajemen. Menjadi Produser sejumlah film bersama Deddy Mizwar.

Sejak tahun 2004 memilih tinggal di puncak gunung yang dikepung oleh hutan jati di kawasan Pegunungan Sewu di Selatan makam Raja-Raja Jawa di Imogiri sebagai Pengasuh Pesan Trend Budaya Ilmu Giri. Tahun 2008 menggagas dan mendeklarasikan berdirinya Desa Kebangsaan di kawasan Pegunungan Sewu bersama sejumlah tokoh nasional. Tahun 2013 menjadi Pembicara Kunci pada World Culture Forum yang diselenggarakan Kemendikbud dan UNESCO di Bali.

__________________________________

Baca Juga:

Simak di sini: Puisi Indonesia

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com.

Exit mobile version