NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Operasi militer khusus Rusia di Ukraina tampaknya kian panjang. Karena fakta di lapangan menunjukkan bahwa militer Rusia tidak hanya berhapadan dengan militer Ukraina tapi juga dengan negara-negara NATO yang pendukungnya. Ya, modus yang sama ketika AS bersama lebih dari duapuluh negara sekutunya membantu Israel mengalahkan koalisi Arab: khususnya Mesir, Suriah dan Yordania dalam Perang Yom Kipur 1967.
Sehingga Uni Soviet ketika itu, terpaksa mengancam Israel dengan bom atom jika pasukannya melanjutkan serangannya ke wilayah negara-negara Arab. Tidak seperti AS yang seenaknya saja langsung menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki tanpa peringatan dalam Perang Dunia II yang mengakibatkan Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.
Kembali ke Perang Ukraina, Rusia tampaknya telah menyadari bahwa AS-NATO sedang melakukan pengamatan terhadap kemampuan dan doktrin militernya selama gelar operasi militer khusus di Ukraina. Jadi memang tidak mengherankan bila sejauh ini Kremlin terlihat sangat pelit dalam pengerahan pasukan dan peralatan militernya.
Terlepas dari itu semua, bagaimanapun operasi militer khusus Rusia di Ukraina telah memberikan kesempatan yang sangat berharga kepada AS-NATO mengenai informasi kemampuan militer Rusia yang berlum pernah terjadi sebelumnya.
Stuasi ini, telah mendorong Rusia berupaya menyesatkan AS-NATO dengan menyembunyikan strategi dan doktrin militer yang sebenarnya dengan memberikan informasi palsu yang dapat memberi keuntungan taktis dan strategis di masa depan.
Sementara AS-NATO belakangan semakin intensif memberikan peralatan militer kepada rezim Kiev, terutama kemampuan ISR (intelligence, surveillance, reconnaissance) yang sangat penting bagi pasukannya – karena AS-NATO berharap Rusia mengeluarkan seluruh kekuatan intinya terutama dalam peperangan elektronik.
Rusia yang menyadari skenario tersebut pada akhirnya memutuskan untuk hanya menunjukkan sebagian kecil saja dari kemampuannya meski sangat mempengaruhi kinerja militernya. Dengan kata lain, Kremlin tidak ingin memberikan kempatan kepada AS-NATO untuk mengetahui terlalu banyak tentang strategi dan doktrin militernya. (Agus Setiawan)